REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Arramanatha Nasir, mengatakan, pemerintah sengaja tidak mengeluarkan kronologi pembebasan 10 WNI pelaut yang disandera milisi Abu Sayyaf, di Filipina selatan, namun akhirnya dibebaskan pada Minggu siang lalu (1/5).
"Saya selalu bilang bahwa kami tidak bisa bicara karena terkait keamanan WNI kita, jadi kami belum bisa buka-bukaan. Biarlah yang lain yang buka-bukaan," kata Nasir, di Ruang Palapa Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin.
10 WNI pelaut yang disandera sejak 26 Maret lalu itu telah mendarat di Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu malam. Mereka diterbangkan pesawat sipil dalam penerbangan khusus dari Pangkalan Udara Angkatan Udara Filipina Zamboanga.
Sejurus dengan pembebasan mereka itu, banyak pihak yang sontak mengklaim telah berkontribusi atas pembebasan itu, di antaranya partai politik baru dan kelompok media massa papan atas nasional; juga beberapa pihak lain.
Menurut Nasir, saat ini pemerintah masih terus berupaya untuk membebaskan empat WNI yang masih disandera kelompok militan di Filipina sehingga semua yang disampaikan kepada media masih dimonitor oleh kelompok itu.
Yang jelas, kata dia, pembebasan 10 WNI pelaut itu melibatkan banyak pihak. "Saya tidak bisa bilang bahwa ada A, B atau C, kalaupun saya bilang itu akan berbahaya (untuk proses negosiasi selanjutnya)," kata Nasir.
Mengenai berbagai klaim peran serta dalam upaya pembebasan dan berbagai berita tentang uang tebusan yang beredar, dia meminta semua pihak --termasuk media massa-- menahan diri dalam mengeluarkan pendapat maupun pemberitaan.
"Begini teman-teman, ibu (Retno Marsudi) sudah mengatakan bahwa satu isu sudah selesai, masih ada isu lainnya, mari kita melangkah ke depan untuk menyelesaikannya," kata dia.
Pemberitaan tentang adanya uang tebusan ramai dibicarakan media Filipina, antara lain The Inquirer dan Rappler, dan juga tokoh-tokoh terkemuka di dalam negeri, salah satunya disampaikan mantan Presiden Indonesia, Megawati Soekarnoputri.
10 WNI pelaut itu adalah Peter Thompson Barahama (nakhkoda), Julian Phillips (mualim 1), Alvian Elvis Srepi (mualim 2), Mahmud (kepala kamar mesin), Suryansah (masinis 2), Suryanto (masinis 3), Wawan Saputra (juru mudi), Bayu Oktawianto (juru mudi), Rinaldi (juru mudi), dan Wendi Rahardian (koki).
Mereka anak buah kapal Kapal Tunda Brahma 12 dan Kapal Tongkang Anand 12.