REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar mengatakan, Ibu Tutty Alawiyah merupakan simbol ustazah yang sukses menyemarakkan dakwah perempuan melalui majelis taklim.
"Jadi bila bicara majelis taklim yang teringat adalah Bu Tutty Alawiyah. Beliau Ustazah yang lengkap dan patut dicontohkan oleh ustazah lain di Indonesia," katanya, Rabu, (4/5).
Ibu Tutty, terang Dahnil, memiliki ilmu yang tinggi dan semangat jihad yang terus menyala untuk kepentingan umat Islam di Indonesia. "Yang pasti kota ini kehilangan tokoh ulama perempuan yang tidak hanya bicara hal-hal yang bersifat domestik tentang muslimah, tapi juga tentang umat dan bangsa secara keseluruhan."
Dahnil berharap akan muncul kader-kader muslimah baru yang mampu menjadi ustazah yang bisa mengerakkan umat.
Prof Tutty Alawiyah yang merupakan Ketua Umum Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) meninggal dunia pada Rabu (4/5).
”Mohon keikhlasan doanya untuk almarhumah ibunda kami,” tutur Syifa Fauziyah, salah satu putri almarhumah, kepada Republika di Jakarta, Rabu (4/5).
Sosok yang juga menjabat sebagai Ketua MUI Bidang Pemberdayaan Perempuan semasa hidup ini, wafat akibat sakit di Rumah Sakit MMC, Jakarta pukul 07.15 pagi. Jenazah disemayamkan di rumah duka, Jati Waringin, Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat, No 50-51.
Tokoh kelahiran, Jakarta, 30 Maret 1942 ini pernah menjabat sebagai menteri Negara Pemberdayaan Perempuan pada 1998 hingga 1999 pada Kabinet Kabinet Pembangunan VII dan Kabinet Reformasi Pembangunan. Pada 1992 hingga 2004, alumni IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini pernah pula aktif sebagai anggota MPR.