REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pangdam VII/Wirabuana Mayjen TNI Agus Surya Bakti mengatakan, paham kekerasan merupakan awal dari terorisme yang harus diwaspadai.
"Paham kekerasan awal dari terorisme , sebuah paham yang diyakini orang-orang tertentu sesuai yang tidak sesuai dengan norma dan format Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Agus disela-sela penutupan Pelatihan Duta Damai Dunia Maya di Makassar, Kamis.
Dia mengatakan, untuk membentengi generasi muda dari paham kekerasan atau radikal, maka perlu memberikan pemahaman dan pelatihan, utamanya mereka yang menggeluti dunia maya.
Upaya tersebut telah dilakukan pihak Badan Nasonal Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Medan beberapa waktu lalu dan di Kota Makassar untuk yang kedua dengan melibatkan 60 orang generasi muda yang mendalami IT, program desain ataupun sebagai blogger/penulis.
"Tujuan dari kegiatan itu adalah agar generasi muda kita yang cerdas dapat membaca situasi dan tidak mudah terpengaruh oleh propaganda dan provokasi situs-situs radikal," katanya.
Selain itu, lanjut dia, diharapkan generasi muda itu dapat menularkan pengetahuannya kepada rekan-rekannya, sekaligus menjadi kontra terhadap paham-paham radikal dan terorisme.
Sementara menyinggung pengamanan wilayah perbatasan antarnegara sebagai salah satu bentuk pengamanan dari terorisme, Pangdam mengatakan, pulau-pulau terluar yang menjadi wilayah perbatasan negara seperti Pulau Miangas, Marore dan Marampit di Provinsi Sulawesi Utara tetap menjadi perhatian utama.
"Kami tetap jadikan prioritas, ada pasukan 'stand by' di sana untuk mencegah semua yang masuk di perbatasan yang dapat mengancam NKRI," katanya.
Khusus mengenai kondisi terakhir di wilayah konflik Poso, Sulteng diakui masih kodusif. Selaku panglima di wilayah kerja Kodam VII/Wirabuana, dia mengimbau agar kelompok Santoso ini bersedia menyerahkan diri, sehingga masyarakat dapat merasa aman.