Kamis 02 Jun 2016 02:13 WIB

'Juni Adalah Bulannya Bung Karno'

Rep: Lintar Satria/ Red: Angga Indrawan
Rachmawati Soekarnoputri (tengah).
Foto: Antara
Rachmawati Soekarnoputri (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Putri proklamator RI, Rachmawati Soekarnoputri mengatakan bulan Juni adalah bulannya Bung Karno. Tapi ia juga merasa kecewa baru saat ini tanggal 1 Juni disebut sebagai hari kelahiran Pancasila.

"Saya sebetulnya antara terkejut dan kecewa kalau sekarang baru disampaikan 1 Juni itu sebagai hari lahir Pancasila," katanya sehabis acara peluncuran buku Revolusi Belum Selesai, Di Hotel Indonesia Kempinski, Rabu (1/6).

Rachmawati punya ekspektasi jauh hari sebelumnya. Khususnya terutama pada saat era Megawati menjabat itu sebagai Presiden. Tapi ternyata hal tersebut belum juga tercetuskan. Baru saat ini kembali ramai dibicarakan.

"Yang kedua juga ini ada keterkaitan dengan pancasila itu sendiri yaitu ketetapan MPRS nomor 33 tahun 67 itu mengenai Bung Karno," katanya.

Rachmawati mengatakan semua orang tahu Ir. Soekarno sebagai penggali Pancasila. Namun sangat disayangkan sampai detik ini ketetapan MPRS nomor 33 tahun 1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Pemerintahan Negara dari Presiden Soekarno belum dicabut.

"Jadi ini semacam anomali, aneh kalau 1 Juni ditetapkan sebagai hari Pancasila, ditetapkan sebagai hari nasional, tetapi sang penggali Pancasila sendiri masih terbelenggu oleh ketetapan MPRS nomor 33 tahun 67," tambahnya.

Rahmawati mengatakan sebetulnya setiap tanggal 1 Juni, setiap tanggal 6 Juni dan tanggal 20 Juni hari wafatnya Bung Karno, keluarga dan kerabat melakukan ritual haul di Blitar. "Saya menyebutnya bulan Juni itu bulannya Bung Karno," ujarnya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement