Rabu 22 Jun 2016 22:03 WIB

Sumsel Hanya Punya 22 Dokter Spesialis Anestesi

Rep: Maspril Aries/ Red: Andi Nur Aminah
Dokter sedang melakukan operasi
Foto: flickr
Dokter sedang melakukan operasi

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) saat ini masih membutuhkan dokter spesialis anestesi. Berdasarkan data Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesilogi dan Terapi Intensif Indonesia (Perdatin) Sumsel jumlah dokter spesialis anestesi di daerah ini masih sangat minim.

“Dari 1.360 dokter spesialis anestesi yang ada di Indonesia dengan jumlah dokter bedah yang banyak, di Sumsel hanya terdapat 22 dokter anestesi,” kata Yusni Puspita, Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesilogi dan Terapi Intensif Indonesia (Perdatin) Sumsel, Rabu (22/6).

Sebanyak 22 dokter anestesi tidak tersebar merata di 17 kabupaten dan kota yang ada di Sumsel. Menurutnya, dokter spesialis anestesi hanya ada di Kota Palembang, Kota Prabumulih, Kota Lubuklinggau, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Musi Banyuasin.

Dibandingkan dengan Provinsi DKI Jakarta, Yusni Puspita menjelaskan, jumlah dokter spesialis anestesi di Sumsel masih sangat minim. “Dari 1.360 dokter spesialis anestesi di Indonesia, sebanyak  400 dokter anestesi ada di Jakarta. Di sana banyak rumah sakit swasta dan gajinya juga lebih besar, maka mereka memilih di Jakarta,” katanya.

Menurut Yusni keberadaan dokter anestesi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat pada praktek klinis ilmu anestesilogi dan terapi intensif. Spesialisasi ini dibutuhkan untuk mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan.

Ketua Perdatin Sumsel Yusni mengungkapkan, kebutuhan dokter spesialis anestesi di Sumsel sangat mendesak dan sangat penting.  “Rumah sakit tipe C di daerah yang mempunyai kamar operasi membutuhkan dokter anestesi sejak dari proses di ruang emergency  kegawatdaruratan serta pelayanan di ruang operasi, ruang radiologi, ruang ICU sangat membutuhkan dokter anestesi,” ujarnya.

Yusni menjelaskan, dokter anestesi tidak membuka praktik tetapi kerjanya di rumah sakit hampir 24 jam, “Kalau tidak ada dokter anestesi tidak akan jadi operasi, karena dokter bedah, THT, mata, semua butuh dokter anestesi. Maka dari itu minimal target kita punya satu dokter anestesi di setiap kabupaten dan kota,” katanya.

Untuk menambah jumlah dokter spesialis anestesi, dia mengatakan Perdatin akan mempercepat proses kerja sama dengan rumah sakit daerah, dinas kesehatan dan kementerian kesehatan untuk menempatkan dokter anestesi di kabupaten dan kota. “Selama ini perawat yang menggantikan peran dokter anestesi, padahal peraturannya tidak begitu tetapi dari pada tidak ada. Dokter spesialis anestesi belum banyak diketahui masyarakat umum serta peminatnya juga terbatas.  Dokter anestesi tidak banyak dikenal karena kerjanya di balik layar,” kata dokter yang juga staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Unsri).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement