Jumat 01 Jul 2016 17:20 WIB

Menlu RI-Filipina Bahas Pembebasan Sandera

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi telah melakukan pertemuan dengan Menlu Filipina Perfecto Rivas Yasay Jr di Manila. Pertemuan dilakukan untuk membahas upaya pembebasan anak buah kapal asal Indonesia yang disandera oleh kelompok bersenjata di wilayah perairan Filipina selatan.

"Pertemuan dengan Menlu Yasay sangat penting artinya untuk melanjutkan kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Filipina dalam upaya pembebasan sandera," ujar Menlu Retno di Manila, seperti disampaikan dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Jumat (1/7).

Pertemuan bilateral itu dilakukan sehari setelah Menlu Yasay dilantik pada Kamis (30/6). Menlu Retno adalah tamu asing pertama (foreign dignitaries) yang melakukan pertemuan dengan Menlu Yasay setelah dilantik. Menlu RI memastikan bahwa kerja sama baik yang telah terjalin antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Filpina sebelumnya, akan terus dilanjutkan dengan Pemerintah baru Filipina.

Dia juga menyampaikan bahwa ada kesepahaman untuk mengintensifkan komunikasi di antara kedua menteri luar negeri dalam rangka pembebasan sandera. Terkait tujuh ABK Indonesia yang kini masih disandera, Menlu Retno menekankan bahwa keselamatan para ABK adalah prioritas utama dalam upaya pembebasan sandera.

Lebih lanjut Menlu Retno mengatakan bahwa penyanderaan ABK Indonesia oleh kelompok bersenjata yang terjadi untuk ketiga kalinya di Filipina selatan sama sekali tidak dapat ditolerir. Untuk itu, Pemerintah Indonesia meminta agar Pemerintah Filipina dapat menjamin keamanan di wilayah perairan Laut Sulu.

Menanggapi hal tersebut, Menlu Yasay menegaskan adanya komitmen kuat dari pemerintahan Presiden Filipina yang baru, Rodrigo Duterte, yang akan berupaya keras mengakhiri tindakan kriminal yang sering terjadi di laut Sulu. Terkait pembebasan tujuh ABK WNI, Menlu Yasay memastikan bahwa Pemerintah Filipina akan melakukan koordinasi yang baik dengan otoritas Indonesia.

Perairan Sulu sangat penting artinya bagi lalu lintas perdagangan batubara antara Indonesia dengan Filipina. Hampir 96 persen kebutuhan batubara Filipina selatan dipasok dari Indonesia. Untuk itu, kedua Menlu sepakat untuk mendorong agar kerja sama konkret pengamanan di Laut Sulu dapat segera dilakukan antara lain melalui penetapan "Sea Lane Corridor".

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement