Ahad 10 Jul 2016 04:12 WIB

Pengamat: Masih Ada Kaitan Antara Bom Solo dengan Thamrin

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Angga Indrawan
Polisi membawa kantong berisi jenazah Nur Rohman, pelaku bom bunuh diri di Mapolresta Solo, Jawa Tengah, Selasa (5/7).  (Antara/Maulana Surya)
Polisi membawa kantong berisi jenazah Nur Rohman, pelaku bom bunuh diri di Mapolresta Solo, Jawa Tengah, Selasa (5/7). (Antara/Maulana Surya)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan bom bunuh diri terjadi di depan Markas Polresta Solo, awal pekan lalu. Aksi bom bunuh diri itu diduga kuat dilakukan oleh organisasi teror di Indonesia yang bersimpati terhadap gerakan Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS).

Menurut Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjajaran, Muradi, serangan bom bunuh diri yang terjadi sehari sebelum hari raya Idul Fitri 1437 H itu masih terkait dengan serangan aksi teror yang terjadi di luar negeri. Bahkan, Muradi menilai, masih ada kaitan antara pelaku bom bunuh diri di Solo dengan pelaku serangan teror di Thamrin, Jakarta Pusat, pada Januari silam.

Untuk itu, lanjut Muradi, aparat keamanan, terutama Kepolisian lewat Densus 88 Anti Teror dan BNPT, untuk bersinergi dalam membatasi gerak organisasi teror di Indonesia. "Perlu kiranya untuk secara terintegrasi langkah-langkah efektif dan pengejaran untuk menutup ruang gerak organisasi teror tersebut di Indonesia," ujar Muradi, Sabtu (10/7).

Tidak hanya itu, lanjut Muradi, pengejaran yang dilakukan aparat keamanan terhadap Santoso dan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) dianggap belum cukup. Namun, upaya memberantas dan mengejar Katibah Nusantara (KN) juga dianggap hal yang perlu dilakukan oleh aparat keamanan. "Karena ada pergeseran kepemimpinan pasca-Santoso tersudut di hutan Poso," tutur Muradi.

Sebelumnya, KN, yang berada di bawah kepemimpinan Bachrun Naim, memang dianggap sebagai salah satu aktor utama serangan teror di Thamrin. Kelompok ini pun diduga kuat berada di belakang aksi bom bunuh diri yang terjadi di depan Mapolresta Solo. "Dan aksi itu diatur secara remote oleh Bachrun Naim dengan jejaring KN, yang melingkupi negara-negara Asia Tenggara, yang berbahasa serumpun melayu," kata Muradi.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement