REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Tingginya harga bibit bawang merah membuat para petani di Kabupaten Indramayu enggan menanam komoditas bumbu dapur tersebut. Mereka memilih menanam padi.
Salah seorang petani bawang merah di Desa Patrol Baru, Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu, Yayan menjelaskan, harga bibit bawang merah saat ini sudah mencapai Rp 60 ribu per Kg. Padahal, normalnya harga bibit bawang merah hanya sekitar Rp 30 ribu per Kg.
"Naiknya sampai dua kali lipat," keluh Yayan, Rabu (20/7).
Yayan mengatakan, naiknya harga bibit itu otomatis membuat modal tanam bawang merah menjadi melonjak. Apalagi, bibit merupakan komponen terbesar dari modal yang harus dikeluarkan petani.
Untuk menanam tanaman bawang merah seluas satu bau (1 bau = ¾ hektare), dibutuhkan bibit satu ton. Dengan harga bibit yang saat ini mencapai Rp 60 ribu per Kg, maka dibutuhkan modal Rp 60 juta per bau hanya untuk membeli bibit bawang merah.
Modal itu belum ditambah dengan biaya pengolahan tanah, pupuk maupun obat-obatan pembasmi hama. Apalagi, di musim kemarau basah seperti sekarang, tanaman bawang merah rentan terserang hama sehingga membutuhkan banyak obat-obatan.
Yayan mengakui, saat ini harga bawang merah di pasaran memang sedang tinggi, yakni sekitar Rp 40 ribu per Kg. Namun, tidak ada kepastian tingginya harga bawang merah itu akan bertahan hingga musim panen bawang merah dua bulan mendatang.
"Nanti sudah keluarkan modal besar saat tanam, harga bawang merah takutnya malah jatuh saat nanti petani panen. Akhirnya malah rugi," kata Yayan.
Dengan alasan-alasan itulah, Yayan pun enggan menanam bawang merah.
"Apalagi harga gabah tinggi terus. Saat ini lebih menguntungkan tanam padi dibandingkan tanam bawang merah," kata Yayan.