REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli Toksikologi dari Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri Kombes Nur Samran Subandi mengatakan, senyawa kimia sianida yang masuk kategori racun golongan tinggi tidak mematikan jika terkena suhu panas atau tercampur asam basa. Hal ini diungkapkan saat Samran dihadirkan dalam sidang kesepuluh kasus "kopi sianida".
Kepala Bidang Kimia dan Biologi Puslabfor Badan Reserse Kriminal Polri tersebut mengatakan, reaksi sianida pada manusia akan merasa gatal dan panas jika terkena kulit. "Yang bisa menghilangkannya hanya asam basa. Bisa juga karena temperatur panas," ujar Samran saat memberi kesaksian di Ruang Kartika I, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (3/8).
Sementara, saat kejadian terdakwa Jessica Kumala Wongso diduga sengaja menyuguhkan minuman dingin kepada Wayan Mirna Salihin, sehingga dianggap cerdas dalam melancarkan aksinya. Mirna tewas setelah meminum es kopi vietnam di kafe Olivier, Grand Indonesia, Rabu, 6 Januari 2016.
Samran juga menuturkan, saat menangkap ikan para nelayan juga gemar memakai sianida untuk merusak terumbu karang dan meracuni ikan. Nama lain dari sianida di kalangan nelayan adalah potas karena jenis sianida yang digunakan potasium. Pada saat ikan didistribusikan untuk konsumsi masyarakat, tak ada satu pun masyarakat yang keracunan.
"Alasannya karena ikan tersebut sudah dimasak. Seandainya sianida itu tidak hilang karena panas, maka orang akan keracunan makan ikan. Tapi begitu dimasak, kena panas, maka sianida hilang," ucap Samran.
Ia pun menuturkan reaksi kimia yang terjadi pada sianida yang terkena panas, yaitu partikel HCN yang terkandung di dalamnya akan lepas dalam bentuk gas atau menguap. Sementara, dalam tubuh manusia, kandungan HCN mudah lepas saat masuk ke dalam lambung karena adanya asam klorida.
"Dalam suasana asam seperti dalam lambung yang mengandung asam klorida, akan lepas HCN-nya dalam bentuk gas. Bisa juga karena temperatur panas. Oleh sebab itu banyak dipakai untuk penangkapan ikan di laut yang hidup di karang," jelas dia.