Kamis 04 Aug 2016 18:09 WIB

Polusi Cahaya Menghilangkan Bintang dari Langit Kota

Rep: Lintar Satria/ Red: Ilham
Gugusan Bima Sakti atau Milky Way saat malam (ilustrasi)
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Gugusan Bima Sakti atau Milky Way saat malam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Thomas Djamaluddin mengatakan, polusi cahaya semakin parah. Polusi cahaya adalah hamburan cahaya lampu perkotaan yang menyebabkan langit tampak terang, sehingga mengalahkan cahaya bintang.

Thomas mengatakan, sepertiga langit dunia sudah tidak bisa lagi melihat galaksi Bima Sakti karena dampak polusi cahaya tersebut. Polusi cahaya juga membuat semakin berkurangnya ketampakan langit bahkan ketika menggunakan teleskop.  

"Contoh nyata observatorium di Bocsha di Lembang terganggung oleh polusi cahaya oleh Kota Bandung dan sekitarnya, jadi untuk pengamatan objek-objek redup seperti galaksi sulit, bahkan beberapa hal sudah tidak mungkin dilakukan lagi," kata Thomas, Kamis (4/7).

Thomas mengatakan, Sungai Perak, Gingga (bahasa Jepang), Jalur Susu, Milky Way (bahasa Inggris), atau Selendangnya Bima, Bima Sakti (nama galaksi kita dalam bahasa Indonesia) adalah gugusan ratusan miliaran bintang yang redup. Mereka indah dilihat dari daerah yang jauh dari perkotaan, namun menghilang dari langit malam perkotaan. Rasi bintang terang pun banyak yang tak tampak lagi.

Hanya beberapa bintang yang sangat terang, seperti Antares di rasi Kalanjengking (Scorpio) dan Betelgeuse di rasi Orion, serta beberapa planet terang seperti Venus dan Jupiter, yang masih terlihat di beberapa kota. Karena itu, LAPAN mengkampanyekan "Malam Langit Gelap" (Dark Sky Night) pada tanggal 6 Agustus pukul 20.00 - 21.00 waktu setempat di seluruh wilayah Indonesia.

Pada 6 Agustus telah ditetapkan LAPAN sebagai Hari Keantariksaan. Kampanye "Malam Langit Gelap", kata Thomas, untuk membangun kesadaran publik pentingnya menyelamat kegelapan malam dari polusi cahaya yang telah menyita keindahan langit malam.

"Kita bersama-sama keluar ruangan untuk menyaksikan langit. Kalau kita berhasil meminimalisasi polusi cahaya selama satu jam, kita bisa melihat Galaksi Bima Sakti dengan ratusan miliar bintang membentang dari Utara ke Selatan," tambahnya.

Ia mengatakan, dengan memastikan lampu bersama, masyarakat bisa melihat rasi Angsa (Cygnus) di langit utara dengan Segitiga Musim Panas (Summer Triangle), tiga bintang terang di sekitar rasi Angsa: Vega, Deneb, dan Altair. Di langit Selatan dapat terlihat rasi layang-layang atau Salib Selatan (Crux) yang sering digunakan sebagai penunjuk arah Selatan.

"Hampir di atas kepala kita saksikan rasi Kalajengking (Scorpio) dengan bintang terang Antares. Mematikan lampu luar selama satu jam, juga sekaligus mengkampanyekan hemat energi seperti Earth Hour," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement