Ahad 14 Aug 2016 14:13 WIB

Sebagian Besar Nelayan Pangandaran Memilih tak Melaut

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nur Aini
Nelayan tradisional membenahi jaring (ilustrasi).
Foto: Antara
Nelayan tradisional membenahi jaring (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,PANGANDARAN -- Sebagian besar nelayan di Kabupaten Pangandaran tidak melaut selama beberapa hari terakhir. Angin kencang disertai hujan menjadi salah satu faktor penyebabnya. Akibatnya stok ikan berkurang sehingga harganya menjadi mahal.

"Nelayan ada juga yang melaut tapi hasilnya tidak ada, beberapa hari terakhir sekitar 80 persen nelayan tidak melaut," kata Bendahara Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Pangandaran, Sarlan kepada Republika.co.id, Ahad (14/8).

Sarlan mengatakan, sebagian nelayan masih ada yang memaksa pergi melaut. Akan tetapi, hasil tangkapan mereka kurang memuaskan. Akhirnya mereka memilih untuk tidak melaut.

Menurutnya, akibat hasil tangkapan berkurang, para nelayan banyak yang lebih memilih tinggal di rumah. Menurut Sarlan, Ahad ini pun tidak ada ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pangandaran.

Ia menerangkan, kondisi cuaca kurang mendukung dan hasil tangkapan berkurang sudah terjadi selama sepekan. Padahal, setiap harinya minimal ada tujuh kapal yang melakukan transaksi jual beli di TPI Pangandaran. Kalau sedang banyak yang melaut, bisa sampai 70 kapal yang melakukan transaksi di TPI.

"Tadi malam tidak ada satu pun kapal yang melakukan transaksi di TPI," ujarnya.

Menurut Sarlan, akibat hasil tangkapan nelayan berkurang, omzet di TPI Pangandaran pun selama sepekan ini ikut berkurang. Biasanya transaksi jual beli ikan di TPI Pangandaran sampai Rp 100 juta per hari. Kalau sedang ramai bisa sampai Rp 200 juta per hari.

Namun, kata dia, sudah beberapa hari transaksi di TPI Pangandaran tidak sampai Rp 100 juta per hari. Transaksi jual beli ikan hasil tangkapan nelayan hanya sampai Rp 60 juta per hari.

"Bahkan, malam tadi tidak ada satu kapal pun yang menjual ikan di TPI," kata Sarlan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement