REPUBLIKA.CO.ID, LUBUK BASUNG -- Sebanyak 100 ton ikan milik peternak di Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, dilaporkan mati mendadak sejak Jumat (26/8). Kematian diduga akibat keracunan sulfur (tubo belerang) dan angin kencang yang melanda daerah itu.
"Ini data yang kita peroleh dari pemilik keramba jaring apung di Sigiran, Linggai, Panta, Sungai Tampang dan lainnya," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Agam Ermanto di Lubuk Basung, Senin (29/8).
Ikan jenis nila dan majalaya yang mati itu telah siap panen dan tersebar pada ratusan petak keramba jaring apung milik 20 peternak. Kerugian diperkirakan sekitar Rp 1,9 miliar dengan harga ikan di tingkat peternak Rp 19.000 per kilogram.
Agam menambahkan ikan mulai mati mendadak semenjak Jumat (26/8) akibat tubo belerang dan curah hujan tinggi disertai angin kencang yang melanda daerah itu semenjak Rabu (24/8).
Kedua peristiwa itu membuat oksigen di air berkurang yang mengakibatkan ikan mati mendadak dalam tempo beberapa jam. Untuk mengatasi kerugian yang cukup banyak, ia mengimbau kepada peternak untuk panen secara dini ikan yang siap panen.
Selain itu, peternak juga disarankan mengurangi tebar benih ikan dari 10.000 ekor per petak dengan ukuran 5x5 meter menjadi 2.000 per petak dan mengurangi pemberian pakan. "Ini yang harus dilakukan petani agar mereka tidak mengalami kerugian cukup besar," katanya.
Salah seorang peternak Muldini mengatakan sudah memanen ikan agar tidak mengalami kerugian lebih besar. "Saya mengalami kerugian sekitar Rp 19 juta setelah satu ton ikan milik saya mati mendadak pada Jumat siang," katanya.
Peternak di kawasan Danau Maninjau juga pernah mengalami musibah yang sama pada Januari dan Februari 2016.
Penyuluh Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Agam pada Februari 2016 mencatat sedikit-dikitnya 30 ton ikan budidaya karamba jaring apung mati akibat angin kencang yang menerpa permukaan air danau yang menyebabkan naiknya sisa pakan ikan dari dasar danau ke permukaan sehingga kadar oksigen berkurang.