REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Bantuan untuk empat kota Suriah akan ditunda sampai jalur pengiriman dipastikan aman. Penundaan ini dilakukan setelah serangan bom pasukan rezim Suriah menghancurkan 18 truk bantuan milik organisasi kemanusiaan Bulan Sabit Merah Arab Suriah (SARC) dan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Pesawat Suriah atau Rusia menyerang konvoi bantuan di dekat Aleppo dan menewaskan 12 orang pada Senin (19/9), setelah rezim Suriah menyatakan kesepakatan gencatan senjata AS-Rusia berakhir.
"Hal ini sangat mengkhawatirkan. Kami melihat kembalinya kekerasan, dan tingginya intensitas pertempuran di banyak lokasi," ujar Direktur Komite Palang Merah Internasional (ICRC) untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Robert Mardini, di Jenewa, Selasa (20/9).
"Kami telah merencanakan sesuatu di empat kota di Suriah, tapi untuk saat ini bantuan akan ditahan sambil mengevaluasi kondisi keamanan di jalur pengiriman bantuan," tambahya, mengacu pada kota Madaya, Foua, Kefraya, dan Zabadani.
Seperti yang dilansir Reuters, 18 dari 31 truk yang membawa bantuan dilaporkan terkena serangan udara bersamaan dengan sebuah gudang penyimpanan SARC.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan, truk-truk itu membawa bantuan untuk 78 ribu orang yang berada di kota terkepung Urm al-Kubra di Aleppo.
Baca juga, Konvoi Bantuan Suriah Diserang, AS Salahkan Rusia.
Menurut laporan, serangan itu menewaskan Direktur SARC Aleppo Omar Barakat. "Omar terluka parah dan tim penyelamat tidak bisa menghubunginya selama dua jam. Ketika ia dievakuasi dia tidak bisa bertahan," kata Mardini.
Konvoi SARC terpisah ke Talbiseh di provinsi Homs pada Senin (19/9) telah mengirim bantuan pertama untuk lebih dari 80 ribu orang, sejak bantuan berhenti pada Juli.
Menurut Mardini, tim bantuan terpaksa menginap semalam karena pertempuran intensif, "Insya Allah, mereka akan kembali ke Homs pagi ini," tambahnya.