Rabu 05 Oct 2016 07:50 WIB

Pengelolaan Hutan Butuh Pendekatan Ilmu Sosial

Red: Dwi Murdaningsih
Siti Nurbaya (Ilustrasi)
Foto: Republika/ Rendra Purnama
Siti Nurbaya (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengatakan pendekatan ilmu sosial sangat penting digunakan untuk menyelesaikan berbagai isu dan masalah dalam pengelolaan hutan di masa depan. Siti mengatakan pendekatan sosial diterapkan untuk menjawab tantangan pengelolaan hutan ke depan. Peran ilmu sosial menjadi sangat penting ketika ingin menjawab tantangan pengelolaan hutan pada level regional maupun global.

Ia mengatakan pendekatan ilmu ini dalam kaitannya dengan keperluan mitigasi perubahan iklim sangat berhubungan dengan pengelolaan hutan dari sektor berbasis lahan. Komitmen Indonesia telah diterjemahkan ke dalam Nationally Determined Contribution (NDC) dengan pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29 persen, termasuk 16 persen pengurangan dari sektor berbasis lahan, perubahan lahan dan hutan.

200 Peneliti 28 Negara Bahas Isu Lingkungan di Bogor

Selain itu, dibutuhkan dalam memastikan mata pencaharian yang berkelanjutan bagi masyarakat. Hutan harus dikelola secara berkelanjutan untuk meningkatkan perekonomian dan memajukan kesejahteraan yang merata bagi masyarakat, dan dalam waktu bersamaan keseimbangan ekonomi dan lingkungan tetap terjaga.

"Upaya melestarikan dan menjaga keseimbangan ekologi, keanekaragaman hayati, dan keberadaan sumber daya alam sebagai pendukung kehidupan juga menjadi bagian dari bagaimana pendekatan sosial diterapkan karena berkaitan dengan masyarakat," katanya.

Siti mengatakan Indonesia mengejar tantangan pelestarian ini melalui 15 Daerah Aliran Sungai (DAS), 50 taman nasional, dan kawasan lindung lainnya. Hal terakhir yang membutuhkan pendekatan ilmu sosial dalam kaitannya dengan pengelolaan hutan adalah menjaga kualitas kehidupan dengan meningkatkan kapasitas daya dukung lingkungan, keamanan air, dan kesehatan masyarakat di 15 DAS dan 280 kabupaten/kota.

Siti mengatakan bahwa pentingnya kajian-kajian dan pertemuan ilmiah adalah mencari formula, struktur, dan kerangka penyusunan kebijakan yang dilandaskan pada ilmu pengetahuan.

"Kami melihat bagaimana ilmu pengetahuan begitu penting dalam kaitannya dengan mengevaluasi kebijakan bersama Pemerintah," ujar dia dalam konferensi ilmiah yang diselenggarakan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) bersama International Union of Forest Research Organization (IUFRO) yang didukung oleh ELSEVIER, penerbit jurnal ilmiah internasional.

Umroh plus wisata ke mana nih, yang masuk travel list Sobat Republika di Tahun 2024?

  • Turki
  • Al-Aqsa
  • Dubai
  • Mesir
  • Maroko
  • Andalusia
  • Yordania
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement