REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN, JABAR -- Pekerjaan konstruksi Bendungan Kuningan, Jawa Barat sampai saat ini sudah mencapai 27 persen. Ditargetkan pembangunan selesai akhir 2017.
"Progresnya seperti itu. Target kami tetap sesuai jadwal yakni akhir tahun depan selesai dan operasi awal 2018," kata Kepala SNVT Pembangunan Bendungan Cimanuk-Cisanggarung Harya Muldianto menjawab pers di lokasi proyek, Kuningan, Jawa Barat, Sabtu (8/10).
Dikatakannya, Bendungan Kuningan membendung aliran Sungai Cikaro dengan kapasitas air masuk per tahun sekitar 50 juta meter kubik. "Dari jumlah ini sekitar 40 persen ditahan di bendungan dan sisanya dialirkan kembali ke sungai itu," katanya.
Setelah selesai, katanya, nantinya Bendungan Kuningan akan menghasilkan air untuk irigasi sekitar 3.000 ha, yakni 1.000 ha di Kabupaten Kuningan dan 2.000 ha di Kabupaten Brebes.
Tidak hanya itu, selain untuk pengendalian banjir di hilir, juga untuk menghasilkan pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) sebesar 535 kW, air baku 300 liter per detik, potensi pariwisata baru dan budi daya ikan tawar.
Ia juga menyebut, persoalan pembebasan lahan untuk bendungan secara garis besar yang menempati eks lahan hutan tidak masalah karena hak izin pinjam pakai untuk 50 tahun sudah terbit. "Untuk lahan masyarakat sudah tuntas 82 persen," katanya.
Proyek tahun jamak Bendungan Kuningan menggunakan APBN murni senilai Rp 464 miliar sejak 2013 hingga 2017 dan belum termasuk dana pembebasan lahan.
Bendungan Kuningan yang berlokasi di Desa Randusari, Kecamatan Cibeureum, Kabupaten Kuningan dan didesain untuk masa pakai 50 tahun, dikerjakan konsorsium PT Wijaya Karya dan PT Abibraya.