REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hadirnya solidaritas kapas pada Indonesia Philatrophy Festival (IPFest 2016) yang berlangsung 6 hingga 9 Oktober di JCC, ternyata bisa membuka mimpi dan harapan anak-anak di lembaga pemsyarakatan (lapas). pasalnya selain menangani anak yang berhadapan dengan hukum, napi yang menjadi binaan Sahabat Kapas ini bisa menggali potensi dirinya masing-masingn.
Potensi-potensi mereka pun beragam. Seperti di bidang film dan fotografi, juga ada yang minat di bidang sablon, pembuatan tas daur ulang, menggambar dan main musik. Fungsi untuk menggali potensi mereka ini nantinya agar ketika mereka sudah keluar bisa lebih percaya diri di lingkungan masyarakat.
"Jadi temen-temen di lapas mereka justru ingin nunjukin karyanya. Bahwa mereka itu bisa juga berkarya kok. Makanya di sini kita jadi fasilitatornya agar ketika mereka keluar bisa percaya diri dengan apa yang mereka pelajari," ujar volunteer Apriliani di Jakarta, Sabtu (8/10).
Komunitas yang sudah berdiri sejak 2009 ini juga berupaya memenuhi hak-hak dasar dan menghapuskan diskriminasi terhadap anak yang berhadapan dengan hukum. Selain itu Sahabat Kapas juga melakukan pelayanan seperti konseling pengembangan diri, dan integrasi.
Untuk saat ini, Sahabat Kapas hanya ada di Solo. Keterbatasan dana dan volunteer adalah masalah yang utama. Namun Apriliani berharap, komunitas Sahabat Kapas ini kelak bisa menyebar ke daerah daerah yang lain seperti Jakata dan kota besar lainya.