REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Penasehat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia Alwi Shihab berharap teks keagamaan tidak digunakan untuk mendukung atau melegitimasi kepentingan politik pihak tertentu di setiap ajang pemilihan umum.
"Teks-teks keagamaan baik dari Alquran, Bibel atau yang lainnya jangan dipakai untuk urusan kepentingan politik," kata Alwi seusai bertemu Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Rabu (19/10).
Alwi mencontohkan, teks keagamaan seperti yang tertuang dalam kitab suci Alquran sejatinya diturunkan sebagai rahmat untuk seluruh makhluk seisi alam sehingga tidak tepat jika dijadikan alat pembenar untuk bertikai atau mendiskreditkan kelompok atau pihak tertentu.
"Alquran kan maunya rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh makhluk Tuhan, termasuk tumbuh-tumbuhan. Jadi kita jadikan Alquran sebagai rahmat untuk semuanya," kata dia.
Selain meminta menghindari penggunaan teks agama, mantan menteri luar negeri itu juga berharap pesta pemilihan kepala daerah serentak di berbagai daerah mendatang bersih dari isu Suku, Agama, Ras, Antargolongan (SARA) sebab jika isu SARA terus dibesar-besarkan akan mudah menyulut perpecahan bangsa.
"Dalam berdemokrasi jangan sampai menggunakan hal-hal yang bisa merusak kebersamaan kita. Soal SARA ini akan sangat berbahaya jika terus dibesar-besarkan," kata dia.
Ia juga berharap setiap calon kepala daerah mampu menyejukkan suasana, lebih sensitif, dan bukan justru mengeluarkan statemen yang dapat mengusik pihak yang lain. "Ini perlu kita jadikan budaya kita supaya demokrasi kita di mata dunia yang selama ini sudah baik tidak tercoreng hal-hal yang bisa merusak atmosfer yang sudah kondusif selama ini," kata Alwi.