REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Menteri Perdagangan Australia dan Indonesia melanjutkan negosiasi soal kesepakatan perdagangan pada Ahad (6/11). Steven Ciobo dan Enggartiasto Lukita membahas kesepakatan perdagangan bilateral yang kemungkinan dirampungkan tahun depan.
Perjanjian perdagangan antara Australia dan Indonesia telah mulai dibahas sejak Maret. Meski hubungan kedua negara sedang tidak terlalu baik.
"Meski disayangkan Presiden (Joko) Widodo membatalkan kunjungan, keputusan Menteri Lukita untuk melanjutkan diskusi Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement menunjukkan pentingnya perjanjian ini untuk kedua negara," kata Ciobo.
Joko seharusnya muncul di parlemen Australia pada Senin (7/11). Ahad ini, awalnya Joko dijadwalkan melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Malcolm Turnbull.
Turnbull telah mengunjungi Indonesia tahun lalu untuk memperlancar hubungan. Indonesia adalah negara ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Namun posisinya menempati urutan ke-13 dalam rekan perdagangan Australia. Pedagangan kedua negara pada 2015 hanya mencapai 11,51 miliar dolar AS. Australia berharap mendapat akses yang lebih besar dalam bidang pertanian dan peternakan di Indonesia. Kesepakatan juga termasuk soal meningkatkan pariwisata dan investasi di Indonesia.
Presiden Joko Widodo dijadwalkan melakukan kunjungan bilateral ke Australia pada 6-8 November. Namun ia membatalkan rencananya setelah aksi damai 4 November. Ia berjanji akan menjawab tuntutan ratusan ribu peserta aksi terkait tuduhan penistaan agama oleh Gubernur Jakarta. Jokowi tidak muncul saat aksi tersebut berlangsung.