REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Gubernur nonaktif DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kembali mengucapkan pernyataan yang cukup kontroversial. Dalam sebuah wawancara, tersangka penistaan agama itu mempersepsikan dirinya setara dengan Nelson Mandela, tokoh perdamaian asal Republik Afrika Selatan.
Ahok mendaku pernah mempelajari biografi peraih Nobel Perdamaian tersebut. Namun, siapa sesungguhnya Nelson Mandela? Bagaimana ia memandang kebinekaan?
Berikut ini sekelumit fakta mengenai Nelson Mandela, seperti disarikan dari otobiografinya, Long Walk to Freedom (1994). Buku setebal 768 halaman itu mulai ditulisnya secara sembunyi-sembunyi ketika menjalani hukuman penjara di Pulau Robben pada 1974, lantaran melawan penguasa apartheid.
“Aku lahir 18 Juli 1918 di Mvezo, sebuah desa kecil di tepi Sungai Mbashe, Distrik Umtata, ibukota Transkei,” tulis Mandela. Transkei berlokasi sekitar 800 mil sebelah timur Cape Town.
Keluarga Mandela berasal dari suku Xhosa. Ayahnya, Gadla Henry Mphakanyiswa, merupakan sosok yang begitu dihormati masyarakat Xhosa.
Klan Nelson Mandela merupakan Madiba. Nama klannya ini lantas dijadikan nama sapaan Mandela, sebagai bentuk penghormatan terhadap dirinya. Keluarganya mendidik Mandela untuk peka terhadap lingkungan sosialnya.
“Sebagaimana orang-orang Timur, kami masyarakat Afrika punya konsep mengenai harga diri. …Bahkan sejak saya masih kanak-kanak, saya mengalahkan lawan-lawan tanpa mau menghinakan mereka,” tulis Mandela (1994:11-12).
Di masa itu, kolonialisme memunculkan ketimpangan rasial. Mandela mengenang, orang kulit hitam memperlakukan orang kulit putih dengan “perasaan yang campur baur antara takut dan respek.” Namun, tidak semua kulit putih menakutkan.