REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Menteri Luar Negeri, Retno Lestari Priansari Marsudi, memberi apresiasi atas kepedulian masyarakat Indonesia terhadap krisis kemanusiaan di Rakhine. Hal itu disampaikan menlu saat menerima tim Kemanusiaan Dompet Dhuafa untuk Myanmar, di Bandara Internasional Yangon, Rabu (7/12).
"Saya memberi apresiasi yang sangat tinggi kepada masyarakat Indonesia yang tergerak hatinya untuk membantu sesama manusia," kata Retno melalui rilis yang diterima Republika, Rabu (712).
Retno menuturkan, langkah ini merupakan satu bentuk bantuan kemanusiaan, dan lewat pendekatan itu Indonesia sangat diapresiasi dunia luar karena menunjukkan wajah kemanusiaan. Sebagai salah satu negara besar di ASEAN, Indonesia memiliki tanggung jawab saat sudah menyangkut masalah isu kemanusiaan.
Ia menilai, pada saat terjadi masalah kemanusiaan di negara bagian Rakhine, Indonesia bekerja tanpa perlu melalui megaphone diplomacy. Dan, lanjut Retno, yang membuat kita senang di dalam bekerja ini kita sebagai satu bangsa, kita bergandengan tangan, baik dari pemerintah maupun dari organisasi-organisasi masyarakat, termasuk tentunya dari Dompet Dhuafa.
"Kita bergandengan tangan untuk kemudian keluar memberikan komitmen bantuan kemanusiaan bagi masyarakat di Rakhine State, dengan satu bendera yaitu bendera Indonesia," ujar Retno.
Sehari sebelum bertemu tim Kemanusiaan Dompet Dhuafa untuk Myanmar, Menlu Retno melakukan pertemuan bilateral dengan State Counselor Myanmar, Daw Aung San Suu Kyi di Napyidaw, Myanmar (6/12). Alhamdulillah, komitmen Indonesia untuk membantu memberikan bantuan kemanusiaan dapat diterima dengan baik oleh pemerintah setempat.
"Semalam saya baru saja melakukan pertemuan dengan State Counselor, Daw Aung San Suu Kyi. Saya secara spesifik menyampaikan mengenai permintaan agar masalah bantuan kemanusiaan dapat dibukakan pintu. Beliau mempertimbangkan secara positif," kata Retno menjelaskan.