Rabu 25 Sep 2013 08:14 WIB

Karateka Palestina Tetap Semangat Dalam Keterbatasan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Didi Purwadi
Islamic Solidarity Games
Foto: www.loveindonesia.com
Islamic Solidarity Games

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG – Karateka putri asal Palestina, Duha Bsharat, sangat antusias dengan pelaksanaan Islamic Solidarity Games (ISG) III di Palembang, Sumatera Selatan. Meskipun dia gagal menyumbangkan medali bagi negaranya, namun tak menyurutkan semangatnya untuk berpartisipasi dalam ajang olahraga tersebut.

Bsharat menggeluti cabang olahraga karate sejak usia tujuh tahun mengikuti jejak kakak-kakaknya yang lebih dulu berkecimpung di dunia olahraga bela diri tersebut. Menjadi atlet karate di Palestina cukup sulit, karena bukan termasuk cabang olaharaga populer seperti sepakbola dan basket sehingga perhatian dari pemerintah setempat pun kurang.

“Untungnya di ISG kami sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah karena ini merupakan ajang olahraga skala internasional dan besar,” ujar Bsharat kepada Republika Online, Selasa (24/9).

Palestina hanya mengirimkan dua wakilnya di cabang olahraga karate dan keduanya gagal meraih medali di nomor kata putri. Menurut Bsharat, jumlah karateka di Palestina tidak begitu banyak, terutama atlet putri karena cabang olahraga ini sangat mengedepankan keahlian fisik dan sebagian orang tua masih sulit untuk memberikan izin bagi anak perempuannya untuk mengikuti olahraga bela diri tersebut.

Beruntung, Bsharat memiliki keluarga yang dekat dengan cabang olahraga tersebut sehingga tidak sulit bagi dia untuk meniti karier sebagai seorang karateka Palestina. Menurutnya, di Palestina tidak masalah karateka perempuan dilatih oleh pelatih laki-laki maupun sebaliknya. Namun, kebetulan sehari-hari dia dilatih oleh kakaknya sendiri yang sudah menjadi pelatih untuk tim nasional.

“Saya memiliki 12 saudara dan sepuluh di antara kami terjun di karate, jadi saya sudah terbiasa,” ujar karateka berusia 19 tahun itu.

Bsharat mengaku hidup di negara yang situasi politiknya tidak stabil terkadang menyulitkannya dalam berlatih. Tak heran jika konflik sedang memanas, dia harus absen latihan dan menunggu sampai suasana kembali normal.

Meskipun belum berhasil meraih medali di ISG, sebelumnya Bsharat telah mengantongi medali perak dalam kejuaraan karate di Jordania. Dalam segala keterbatasan, Bsharat bertekad untuk terus berjuang dan memajukan karate demi negaranya.

Dia sangat antusias dengan ajang ISG ini karena bisa menyatukan dan mempererat tali silaturahim antar negara-negara muslim lainnya.

Sementara pelatih karate asal Iran, S.Mousavi, mengatakan tidak sulit untuk mengembangkan olahraga karate di negaranya karena ini termasuk cabang olahraga populer dan memiliki prestasi yang cukup baik. Karateka putri Iran telah mengumpulkan dua emas, dua perak, dan dua perunggu dari kelas kata dan kumite.

Menurut Mousavi, di Iran ada regulasi bahwa seluruh atlet putri harus dilatih oleh pelatih putri dan atlet putra harus dilatih oleh pelatih putra. Tak hanya itu, berbeda dengan atlet dari negara lain, seluruh atlet putri Iran selalu identik mengenakan jilbab dan hal tersebut tidak menganggu geraknya karena sudah terbiasa.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement