REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi berharap perjuangan heroik atlet Indonesia saat meraih prestasi tertinggi terutama di kancah internasional difilmkan. Ini dilakukan dengan harapan aka memberikan motivasi bagi atlet muda mupun masyarakat umum.
"Kita berharap nantinya akan banyak tema film yang diangkat dari kisah nyata perjuangan heroik atlet nasional mengibarkan Merah Putih, baik atlet normal maupun atlet dengan disabilitas," kata Menpora Imam Nahrawi dalam keterangannya usai melihat pemutaran film Jingga di Plaza Senayan, Jakarta, Kamis (3/3).
Film Jingga merupakan film drama yang disutradarai oleh Lola Amaria. Film ini bercerita tentang empat remaja tuna netra yang bertemu dalam dunia tanpa cahaya. Namun mampu mandiri dan berkarya di bidang musik, sekalipun memiliki kekurangan di sisi penglihatan.
Di balik itu, ada perjuangan seorang ibu yang membantu sang buah hatinya untuk menemukan kembali kegembiraan pasca divonis buta.
Menurut dia, film Jingga banyak memberikan pesan tidak hanya untuk pemerintah, namun juga untuk orang tua akan pentingnya memperhatikan anak penyandang disabilitas.
Pemerintah berkomitmen akan memberikan porsi lebih pada penyandang disabilitas, apalagi di dunia olahraga juga sudah disiapkan media untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya.
"Sudah ada event olahraga khusus untuk disabilitas secara berjenjang mulai dari tingkat daerah sampai internasional. Kemenpora memfasilitasi perhelatan mulai dari Peparnas hingga Paralimpiade, juga special olympic. Tidak hanya memfasilitasi, kami juga berkomitmen untuk terus melakukan pembinaan," katanya menambahkan.
Pria yang akrab dipanggil Cak Imam itu menjelaskan, prestasi olahraga Indonesia untuk para games terbilang luar biasa. Untuk tingkat Asia Tenggara mampu menjadi juara umum, bahkan untuk level diatasnya yaitu Asia Para Games mampu mencetak rekor Asia. Medali juga sudah bisa diraih di Paralimpiade.
Atlet disabilitas berprestasi diantaranya adalah Aria Indrawati yang mewakili Indonesia dalam kejuaraan golf tunanetra tahun 2015 di Jepang. Selain itu ada pula Wahyu Setiawan pelari peraih emas untuk kategori beregu dalam ASEAN Youth Paragames 2013.
Meski demikian, di lapangan tetap banyak menghadapi kendala diantaranya terkait dengan pembinaan dan regenerasi atlet serta banyak orang tua yang mengisolasikannya anak disabilitas karena malu dan mengganggap aib.