Rabu 22 Feb 2017 05:20 WIB

Mesir akan Buka Kembali Akses ke Jalur Gaza

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nidia Zuraya
Terowongan Gaza
Terowongan Gaza

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Pemerintah Mesir secara perlahan akan membuka akses ke jalur Gaza untuk kepentingan perdagangan dan memberikan akses keluar-masuk bagi truk-truk yang memuat makanan dan perlengkapan lain. Kebijakan ini menjadi angin segar bagi rakyat Mesir dan sekitarnya, sebab selama ini Mesir membatasi akses di jalur Gaza dengan ketat.

"Ini sebenarnya sudah dimulai, tapi memang dilakukan secara perlahan. Kami berharap ini akan terus berlanjut," tutur seorang pejabat senior keamanan Mesir, seperti dikutip dilansir dari Reuters, Selasa (21/2).

Sumber tersebut mengatakan Mesir ingin melakukan kerja sama dalam mengendalikan perbatasan dan terowongan. Selain ingin agar akses penyeberangan di jalur itu dibuka, Mesir juga menginginkan akses keluar-masuk perdagangan yang melintas di jalur tersebut bisa semakin banyak.

Keputusan Mesir untuk membuka jalur Gaza secara perlahan ini dibuat setelah petinggi Hamas berkunjung ke Kairo untuk menyatakan perannya sebagai penengah regional dan memberantas pengikut ISIS di semenanjung Sinai, kawasan strategis yang berbatasan dengan Gaza, Israel dan Terusan Suez.

Dalam kunjungan tersebut, ada upaya dari Hamas untuk mencegah adanya gerakan militan ISIS yang keluar-masuk dari Sinai. Ini perlu dicegah mengingat ISIS telah membunuh ratusan tentara Mesir dan polisi sejak Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi menggulingkan Ikhwanul Muslimin pada 2013.

Bertahun-tahun jalur Gaza dipenuhi ketegangan. Hamas dan Mesir pun selalu bersitegang. Selama ketegangan itu pula, Mesir membatasi secara ketat jalur tersebut. Tapi kini, Mesir melakukan pendekatan kepada Hamas di Gaza. Mesir menawarkan kesepakatan perdagangan dan pergerakan bebas di jalur Gaza kepada Hamas. Namun, timbal-baliknya, Hamas bertugas mengamankan perbatasan Gaza itu dari pengikut ISIS yang telah menewaskan ratusan polisi dan tentara di Sinai utara.

"Jika kita bandingkan dengan tahun lalu, situasi atau hubungan saat ini lebih baik tapi belum sampai pada apa yang dibutuhkan," ujar Mahmoud al-Zahar, seorang pejabat senior Hamas.

"Kebutuhan rakyat kita besar, kebutuhan mereka untuk melakukan perjalanan, melanjutkan pendidikan atau perawatan, misalnya hadir untuk keperluan bisnis dan keluarga mereka di luar negeri, dan juga kebutuhan untuk perdagangan terbuka dengan Mesir," tambah Mahmoud.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement