REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Bumingnya skip challenge di sekolah, membuat Dinas Pendidikan (Disdik) Sleman melarang permainan tersebut. Pasalnya selain berbahaya, skip challenge menunjukkan masih adanya tindakan bullying di lingkungan pelajar.
Maka itu Disdik Sleman meminta agar pihak sekolah terus meningkatkan pengawasan kepada siswa. “Biasanya aksi tersebut dilakukan saat istirahat. Tempatnya kalau tidak di kelas ya di selasar. Maka itu, sekolah harus meningkatkan pengawasannya,” kata Kepala Disdik Sleman Arif Haryono saat ditemui di ruang dinas, Selasa (14/3).
Pasalnya nenurut Arif, perbuatan tersebut sudah masuk dalam bentuk kekerasan yang sangat berbahaya. Hal tersebut juga mengindikasikan bahwa sekolah yang siswanya melakukan skip challenge merupakan sekolah yang tidak ramah anak.
Adapun bentuk pengawasan yang diminta oleh Arif adalah dengan menetapkan guru piket saat istirahat berlangsung. Guru bisa masuk ke kelas-kelas untuk memastikan apa yang dilakukan siswa saat istirahat. Termasuk ke lorong-lorong dan halaman sekitar sekolah
Menurutnya, sekolah bisa menetapkan sanksi bagi anak-anak yang kedapatan melakukan skip challenge. Bentuk sanksinya sepeti apa, hal tersebut diserahkan pada masing-masing sekolah. "Ya itu (sanksi) biar sekolah yang menetapkan," ujar Arif.
Sementara itu, Kepala SMPN 3 Berbah, Sri Handayani mengatakan siap melaksanakan instruksi Disdik terkait pelarangan skip challenge. Di sisi lain, selama ini di SMPN 3 Berbah juga sudah ada program pendampingan dari guru.
Program tersebut ditujukan untuk mencegah adanya bullying, klitih, dan berbagai bentuk kenakalan remaja. “Kita juga sudah ada program pendampingan. Di mana satu guru memiliki 10 sampai 15 anak asuh. Kegiatan ini juga melibatkan OSIS, untuk mencari tahu kegiatan positif apa yang saat ini sedang digemari pelajar,” kata Sri Handayani.