Rabu 15 Mar 2017 15:07 WIB

Kunjungan Menlu Retno tidak Bahas Siti Aisyah

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Warga Indonesia Siti Aisyah (berkaus merah) dengan dikawal polisi bersenapan otomatis saat akan masuk ke Pengadilan Sepang di Sepang, Malaysia, Rabu (1/3). Bersama perempuan Vietnam, ia diduga membunuh warga Korea Utara Kim Jong-nam.
Foto: AP Photo
Warga Indonesia Siti Aisyah (berkaus merah) dengan dikawal polisi bersenapan otomatis saat akan masuk ke Pengadilan Sepang di Sepang, Malaysia, Rabu (1/3). Bersama perempuan Vietnam, ia diduga membunuh warga Korea Utara Kim Jong-nam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi sedang berkunjung ke Malaysia, Rabu (15/3). Ia akan berada di Penang dan Johor Baru hingga 17 Maret untuk membahas kerja sama pelayanan dan perlindungan WNI di Malaysia.

Juru bicara Kemenlu RI, Arrmanatha Nasir mengatakan kunjungan tersebut tidak akan membahas kasus Siti Aisyah. Siti ditangkap karena terlibat dalam kematian seorang warga Korea Utara diduga Kim Jong-nam, kakak seayah pemimpin Korut Kim Jong-un.

"Dalam kunjungan ini fokusnya penguatan pelayanan terhadap WNI di Penang dan Johor Baru, tidak akan bahas penanganan Siti Aisyah," kata Arrmanatha dalam pertemuan pers di Kemenlu, Jakarta. Menurutnya, kasus Siti sedang berjalan dan Kemlu terus memantau perkembangan.

Baca: Menlu Retno Kunjungi Malaysia Tingkatkan Perlindungan WNI

Pengacara yang ditunjuk KBRI sudah melakukan pertemuan dengan Siti sebanyak tiga kali. Persiapan pembelaan juga sudah dilakukan. Tim hukum menghimpun fakta dan testimoni dari Siti untuk kemudian jadi bahan proses peradilan.

Selanjutnya, Indonesia menghormati proses hukum yang berlaku di negara bersangkutan. Arrmanatha menegaskan setiap WNI yang terjerat kasus di luar negeri akan selalu mendapatkan hak hukumnya. KBRI dan Kemenlu akan menjaminnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement