Rabu 22 Mar 2017 19:36 WIB

Kota Bandung Masih Kekurangan Air Baku

Rep: Arie Lukihardiyanti/ Red: Andi Nur Aminah
Pipa air milik PDAM (ilustrasi)
Foto: Antara/Fanny Octavianus
Pipa air milik PDAM (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kondisi air baku yang ada di Bandung dinilai masih kurang. Saat ini, Kota Bandung baru bisa memakai 2.500 liter per detik air baku. Padahal, jika hitungan penduduknya 2,4 jiwa, maka idealnya air baku yang disediakan yakni sekitar 5.000 liter per detik.‬

‪Menurut Dirut PDAM Tirtawening Kota Bandung, Sonny Salimi, saat ini PDAM Tirtawening belum bisa memenuhi air baku ideal tersebut. Karena, masih terkendala dengan pembiayaan operasional yang begitu besar. 

Untuk memenuhi kebutuhan air baku di kota Bandung, dibutuhkan sekitar Rp 2,8 triliun untuk investasi. Yakni, mulai dari operasional instalasi hingga distribusi.‬

Seharusnya, kata dia, pemerintah memberikan modal penyertaan sebesar Rp 2 triliun. Namun, hingga saat ini baru Rp 250 miliar yang diterima. "Itu artinya kami masih kekurangan sekitar Rp 1,8 miliar lagi," kata Sonny.‬

Namun, kata dia, sudah dua tahun belakangan ini pihaknya mendapatkan tambahan dana dari pemkot. Pada 2016, PDAM diberikan modal penyertaan sebesar Rp 37 miliar dan di 2017 mendapatkan tambahan lagi Rp 93 miliar. 

Untuk sisanya, kata Sonny, pihaknya terus melakukan upaya bantuan dana baik dari bisnis lain dan investor sehingga pelayanan tetap berjalan sesuai standarnya.‬ Sebenarnya, kondisi air baku cukup banyak selama musim hujan, apalagi tiga bulan belakangan ini. Namun jika memasuki musim kemarau, kondisinya kritis karena debit air baku bisa turun hingga 50 persen. 

Saat ini, kata dia, Kota Bandung tidak memiliki air baku yang berasal dari dalam kota, dan hanya mengandalkan mata air dari Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat.‬ "Kebanyakan kita mengandalkan sumber air baku dari pengolahan di sungai, mata air dan air tanah," katanya.

Saat ini, kata dia, dari 36 sumur bor yang ada, hanya 28 sumur yang aktif. Itu pun, kapasitas airnya sudah turun hingga 50 persen. Sedangkan pemanfaatan mata air yang seharusnya bisa 300 liter per detik, kini hanya mampu menghasilkan 150 liter per detik. "Sisanya kami manfaatkan sungai," kata Sonny.‬

‪Oleh karena itu, dia berharap, pemkot bisa membangun danau-danau seperti danau retensi, sehingga mampu menyediskan stok air. Sebenarnya, kawasan Bandung bagian utara dan selatan cukup ideal untuk pembangunannya. Lokasi Bandung utara ke selatan, bisa meminimalisir pengeluaran operasional, karena jalurnya mengikuti gravitasi bumi.‬ "Kalau danaunya buatan, cost untuk memompanya saja kan pasti mahal," katanya. 

Hal tersebut, kata dia, akan berdampak pada harga air ke pelanggan. Karena, biaya operasional bulanan PDAM Kota Bandung sendiri, bisa mencapai Rp 9 hingga Rp 11 miliar per bulan. 

"Maka dari itu, lebih baik cari yang alurnya sesuai gravitasi, sehingga tidak perlu dipompa dengan mesin," katanya.‬

Sementara itu, Ketua Dewan Pengawas PDAM Tirtawening Kota Bandung, Kodrat Wibowo menyebutkan, pihaknya mendorong agar pusat layanan air bersih ini mampu memenuhi 100 persen kebutuhan masyarakat kota Bandung. Dengan kondisi keuangan perusahaan daerah yang makin baik, kata Kodrat, maka kesempatan untuk terus mendapatkan keuntungan pun akan semakin besar.‬

"Air baku kita memang sangat terbatas, dan instalasi yang dimiliki PDAM pun sudah harus diganti karena kondisinya sudah cukup tua," kata Kodrat seraya berharap dengan semakin baiknya kinerja keuangan PDAM maka semakin baik pula pelayanan terhadap pelanggan PDAM. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement