REPUBLIKA.CO.ID,BEIRUT -- Rusia bergabung perang Suriah guna mendukung Assad pada tahun 2015. Masuknya Rusia mengubah momentum dan menguntungkan Assad yang didesak kelompok oposisi bersenjata. Meski AS dan Rusia berseberangan dalam perang Suriah namun keduanya memiliki musuh bersama yakni ISIS.
Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengatakan, serangan rudal merusak 20 persen sayap ketujuh dari angkatan udara Suriah. "Serangan itu juga menghancurkan fasilitas pengisian bahan bakar. Namun pangkalan udara tersebut masih digunakan," katanya, Jumat, (7/4).
Dengan adanya serangan rudal AS ke pangkalan udara Suriah, Rusia menuduh AS mendorong aksi teroris dengan tindakan sepihaknya.
Tillerson mengaku kecewa dengan respons Rusia tersebut. "Saya kecewa dengan responsnya," katanya seperti dilansir BBC.
Rusia, terang dia, mengindikasikan terus mendukung rezim Assad. Khususnya, terus mendukung rezim yang melakukan serangan mengerikan kepada rakyat mereka sendiri.
"Ini memang mengecewakan, memang sedih untuk mengatakannya. Tapi sesungguhnya ini tak mengejutkan," kata Tillerson.
Moskow berjanji untuk memperkuat pertahanan pesawat Suriah. Mereka juga menutup hotline dengan AS untuk menghindari tabrakan antara pasukan udara Rusia dengan AS di atas langit Suriah.