REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Aktivitas pendakian ke Gunung Gede melalui pintu masuk Selabintana Kabupaten Sukabumi cukup ekstrem. Pasalnya, jalurnya cukup menantang dan tidak bisa sembarang pendaki yang bisa melaluinya.
"Jalur Selabintana merupakan jalur yang sangat ekstrem," terang Kepala Resor Selabintana Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BB TNGGP) Dadi Haryadi kepada wartawan Selasa (11/4). Hal ini menyikapi adanya belasan pendaki yang awalnya mendaki Gunung Gede melalui jalur Gunung Putri, Cianjur.
Namun pada saat pulang mereka pulang melalui jalur Selabintana, Sukabumi. Dampaknya, ada dua orang pendaki di mana satu diantaranya mengalami luka pada bagian selangkangan. Sehingga pendaki tersebut harus dievakuasi menggunakan tandu oleh tim gabungan pada Senin (10/4).
Menurut Dadi, tidak semua pendaki atau pengunjung rekreasi minat khusus yang bisa melalui jalur tersebut. Untuk mendaki gunung melalui Selabintana ini lanjut dia harus dipersiapkan dengan baik dan harus benar-benar aman.
Dadi menuturkan, aktivitas pendakian ke Gunung Gede kembali dibuka mulai April 2017. Sebelumnya, kegiatan pendakian ditutup selama tiga bulan sejak Januari hingga akhir Maret lalu.
Pembukaan jalur pendakian ini, lanjut dia, mendapatkan sambutan dari masyarakat terutama yang sering mendaki gunung. Pasalnya terang Dadi, masyarakat yang mendafatar secara daring untuk mendaki gunung sudah penuh. Dari data yang ada, dia mengatakan, kuota pendaki setiap harinya tetap atau tidak mengalami perubahan yakni sebanyak 600 orang.
Rinciannya, sebanyak 300 orang masuk dari pintu Cibodas Cianjur, 200 orang melalui Gunung Putri dan 100 orang di pintu masuk Selabintana, Sukabumi. Sementara tarif yang dikenakan tidak berubah sebesar Rp 27.500 pada hari biasa dan Rp 32.500 (khusus akhir pekan) untuk setiap orangnya.