REPUBLIKA.CO.ID,MEDAN -- Salah satu eksekutor dalam pembunuhan sadis sekeluarga di Medan, Roni (21 tahun) mengaku diberikan uang sebelum beraksi. Uang tersebut diberikan oleh Andi Lala (37 tahun), pamannya yang diduga merupakan otak pembunuhan itu dan masih diburu polisi.
Kabid Humas Polda Sumut Kombes Rina Sari Ginting mengatakan, hingga saat ini, polisi masih mendalami tujuan dari pemberian uang itu. Penyelidikan ini, kata dia, demi mengungkap apakah uang tersebut diberikan sebagai bayaran Robi untuk menjalankan aksinya atau bukan.
"Keponakannya Andi Lala, si Roni itu dikasih Rp 500 ribu. Masih pendalaman untuk apa. Cuma dia memang dikasih Rp 500 ribu oleh Andi Lala. Untuk Andi Saputra belum terungkap (diberi uang atau tidak)," kata Rina kepada Republika.co.id, Rabu (12/4).
Roni, warga Jl Pembangunan II, Sekip, Lubuk Pakam, Deli Serdang ditangkap tim Polda Sumut di Lubuk Pakam, Selasa (11/4) sore. Dalam pembunuhan tersebut, Roni berperan sebagai esksekutor ketiga korban anak-anak.
Dua korban yang dia bunuh, Naya (14 tahun) dan Gilang (8 tahun) tewas dengan kondisi mengenaskan. Sementara anak yang paling kecil, K (4), selamat dari pembantaian itu dan saat ini masih mendapat perawatan intensif di RSUP H Adam Malik. "Bapaknya Roni ini saudara atau kakak adik sama Andi Lala. Jadi keponakan kandung," ujar Rina.
Sementara Andi Saputra, kata Rina, diamankan di Air Batu, Asahan, Rabu (12/4). Dia merupakan warga Jl Sempurna, Sekip, Lubuk Pakam. "Untuk Andi Saputra perannya yang ngawasin keadaan dari teras," kata dia.
Selain kedua tersangka tersebut, Rina mengatakan, polisi masih memburu seorang tersangka lain bernama Andi Lala. Selain melakukan pengejaran, polisi juga telah menggeledah rumah Andi Lala di Jl Pembangunan II, Sekip, Lubuk Pakam dan menemukan sejumlah barang milik korban di sana. "Doakan untuk DPO atas nama Andi Lala bisa segera dapat ditangkap," kata Rina.
Lima orang yang merupakan sekeluarga ditemukan tewas besimbah darah di sebuah rumah di Jl Mangaan Gang Banteng, Mabar, Medan Deli, Medan, Ahad (9/4) pagi. Lima korban pembunuhan tersebut, yakni pasangan suami istri Riyanto (40 tahun) dan Sri Ariyani (40 tahun), kedua anak mereka, Naya (14 tahun) dan Gilang (8 tahun) serta mertua Riyanto, Sumarni (60 tahun).
Sementara putri bungsu Riyanto dan Yani, K (4 tahun), selamat dari pembantaian. Saat ini, kondisi balita malang yang sempat kritis itu terus membaik dan masih menjalani perawatan di rumah sakit.