REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Kepala Polisi Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian meminta seluruh aparat kepolisian agar hati-hati dan terus waspada terkait dengan gerakan teroris yang mulai menyerang institusi kepolisian, menyusul penyerangan di Mapolres Banyumas, Jawa Tengah pada awal pekan ini.
"Saya sudah imbau seluruh Kapolda untuk mewaspadai hal itu karena adanya perintah melakukan aksi itu. Saya minta anggota lebih hati-hati dan waspada," ujar Tito usai meresmikan Command Center di Markas Polrestabes Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (12/4).
Selain itu, kata Tito, pihaknya juga meminta jajaran Densus bersama Polda bersinergi untuk 'menjejaki sel-sel' yang mungkin saja mereka akan melakukan aksi teror. Tito menjelaskan kasus Banyumas terkait dengan insiden sebelumnya, ada penangkapan tokoh utama jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Nusantara berada di Lamongan.
"Di situ didapatkan data bahwa pimpinan JAD memerintahkan untuk bergerak terutama menyasar kepolisian, sehingga terjadi peristiwa Tuban," ujarnya.
"Saat itu anggota kepolisian ditembak, tapi Alhamdulillah tidak kena, kemudian dikejar, pelakunya meninggalkan kendaraan masuk dalam kebun dan dikepung jajaran Polri serta TNI setempat, di situ kemudian dilumpuhkan," ujarnya lagi.
Selanjutnya, berlanjut di Polres Banyumas Selasa (11/4) dengan pelaku M Ibnu Dar (22), terindikasi memiliki keterkaitan dengan penangkapan terduga teroris di Lamongan dan insiden teror di Tuban. Pelaku menyerang dua polisi bahkan membacok salah satu anggota polisi.
"Tentunya ini ada hubungan dengan peristiwa di Lamongan dan Tuban. Sebab saat bersangkutan (Ibnu Dar) digeledah ditemukan bahan bom termasuk rencana akan membuat bom panci. Ini ada hubungannya dengan dukungan ISIS," beber Kapolri kepada wartawan.
Sebelumnya penangkapan tiga terduga teroris di Lamongan, Jawa Timur, yakni Zainal Anshori, Hendis Efendi, dan Hasan pada Jumat (7/4). Sehari kemudian, enam terduga teroris menyerang pos polisi di Kecamatan Jenu, Tuban, Jatim.
Mereka akhirnya tewas tertembak saat kontak senjata dengan pasukan gabungan Polri dan TNI. Tiga hari setelahnya, insiden di Banyumas kembali terjadi. Dari tiga kejadian ini, terindikasi kuat memiliki keterkaitan sebab melibatkan para terduga teroris yang sama-sama berasal dari jaringan JAD Nusantara.
"Kami menduga ada hubungannya dengan peristiwa di Lamongan dan Tuban, terutama di Lamongan karena salah satu pimpinan JAD ditangkap," ujarnya.
Pernyataan itu merujuk pada penangkapan terduga teroris Zainal Anshori di Lamongan. Zainal dikenal merupakan pimpinan JAD Nusantara yang ditunjuk tokoh ISIS di Indonesia Aman Abdurrahman. Sementara Aman kini berada di Lapas Nusakambangan.
Zainal diduga menjadi pihak yang memberikan instruksi kepada enam terduga teroris untuk menyerang polisi di Tuban bila dirinya tertangkap. Selain itu, diduga Ibnu Dar ingin membalaskan dendam karena pimpinannya Zainal ditangkap dan beberapa rekannya terbunuh dalam kontak senjata dengan polisi dan TNI di Tuban.
Berdasar hasil penggeledahan di rumah Ibnu Dar, Densus 88 Antiteror Mabes Polri telah menyita sejumlah barang bukti. Diantara barang bukti tersebut, menurut Tito, ada bahan untuk pembuatan bom termasuk rencana merakit bom panci.