Selasa 02 May 2017 12:35 WIB

BPS: Kenaikan Tarif Listrik Sebabkan Inflasi pada April

Tarif dasar listrik (ilustrasi)
Tarif dasar listrik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada April 2017 terjadi inflasi sebesar 0,09 persen. Kepala BPS Suhariyanto menyatakan penyesuaian tarif listrik untuk rumah tangga 900 VA nonsubsidi menjadi penyumbang utama tingkat inflasi pada April 2017.

"Penyesuaian tarif listrik ini dampaknya lebih besar, dibandingkan Maret. Terutama bagi pascabayar, yang rata-rata membayar lebih tinggi," kata Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (2/5).

Dengan inflasi April tercatat 0,09 persen, maka inflasi tahun kalender Januari-April 2017 telah mencapai 1,28 persen dan inflasi secara tahunan (year on year) sebesar 4,17 persen.

Suhariyanto menjelaskan penyesuaian tarif listrik tersebut memberikan kontribusi besar kepada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang tercatat mengalami inflasi pada April sebesar 0,93 persen.

"Kelompok perumahan ini menyumbang inflasi cukup tinggi, namun untungnya bisa dinetralisir oleh kelompok bahan makanan," katanya.

Kelompok pengeluaran lain yang menyumbang inflasi adalah kelompok sandang yang tercatat inflasi 0,49 persen serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang mengalami inflasi 0,27 persen. "Kelompok sandang dipengaruhi oleh harga emas perhiasan yang bergerak naik di pasar internasional. Untuk kelompok transportasi terjadi karena kenaikan tarif angkutan udara dan tarif pulsa ponsel," ujar Suhariyanto.

Selain itu, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau ikut mengalami inflasi 0,12 persen, diikuti kelompok kesehatan 0,08 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,03 persen. "Inflasi kelompok makanan jadi dipengaruhi oleh kenaikan harga rokok dan rokok kretek filter, meski harga gula pasir mengalami penurunan," ungkap Suhariyanto.

Namun, kelompok bahan makanan mengalami deflasi pada April sebesar 1,13 persen, sehingga menekan pergerakan inflasi, karena turunnya harga komoditas pangan seperti cabai merah, cabai rawit, bawang merah, beras, daging sapi, ikan segar dan telur ayam ras.

"Meski demikian, ada beberapa komoditas yang harus menjadi perhatian pemerintah, seperti bawang putih, daging ayam ras, tomat dan jeruk, karena masih menyumbang inflasi," tambah Suhariyanto.

BPS juga mencatat dari 82 kota IHK pada April 2017, sebanyak 53 kota mengalami inflasi, dengan inflasi tinggi terjadi di Pangkal Pinang 1,28 persen dan Cilacap 0,01 persen.

Sementara itu, sebanyak 29 kota menyumbang deflasi, dengan deflasi tinggi terjadi di Singaraja sebesar 1,08 persen dan deflasi rendah di DKI Jakarta dan Manado masing-masing 0,02 persen.

Sebelumnya, pada Maret 2017, BPS mencatat terjadi deflasi sebesar 0,02 persen, karena turunnya berbagai harga pangan di kelompok bahan makanan.

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement