REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang Ramadhan, para pedagang sudah bersiap memanfaatkan peluang bisnis. Hal ini terlihat dari realisasi impor kurma yang melonjak nyaris separuh dari porsi biasanya, pada April 2017 lalu.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, impor kurma ke Indonesia naik hingga 49,26 persen. Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan, negara pengekspor kurma terbesar ke Indonesia adalah Tunisia. Angka kenaikan impor bisa saja terus berlanjut hingga Mei 2017.
"Yang alami kenaikan impor, sesuai dengan kebutuhan konsumsi dalam negeri. Salah satunya, kurma naik 49,26 persen," ujar Suhariyanto dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Senin (15/5).
Meski impor kurma meningkat, tetapi ternyata belum bisa mengimbangi penurunan impor sejumlah barang konsumsi lainnya seperti cabai kering dan daging beku. Suhariyanto menyebutkan, penurunan impor cabai kering dari India mencapai 35 persen. Sementara impor daging beku jenis lembu dari Australia menembus 65 persen. Hal tersebut membuat angka impor secara menyeluruh pada April 2017 mengalami penurunan hingga 6,26 persen dibanding Maret 2017 untuk jenis nonmigas. Meski begitu, nilai impor April 2017 mengalami kenaikan hingga 9,16 persen bila dibandingkan April tahun lalu.
BPS mencatat, peningkatan impor nonmigas terbesar sepanjang Maret-April 2017 terjadi untuk komoditas serealia dengan nilai 34,2 juta dolar AS atau 17,45 persen dari total impor. Sementara penurunan impor terbesar terjadi untuk suku cadang kapal laut sebesar 187,7 miliar atau 63,46 persen dari total impor.
Sementara dari segi negara pemasok, Cina masih menduduki posisi teratas dengan nilai impor sebesar 10,37 miliar dolar AS atau 25,7 persen dari keseluruhan impor Indonesia. Di posisi kedua, ada Jepang dengan nilai impornya sebesar 4,63 miliar dolar AS atau 11,49 persen dari total impor. Thailand menduduki posisi ketiga sebagai negara asal impor terbesar, dengan nilai 2,89 miliar dolar AS atau 7,16 persen dari total impor.
Nilai impor semua golongan barang baik barang konsumsi, bahan baku penolong, dan barang modal selama Januari hingga April 2017 mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun lalu. Nilai peningkatan untuk masing-masing golongan barang adalah 7,78 persen, 15,85 persen, dan 6,29 persen.