Kamis 25 May 2017 07:21 WIB

Rekannya di Masjid Akui Salman Benci Ceramahnya yang Kritik ISIS

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Bilal Ramadhan
Bunga tanda belasungkawa diletakkan warga di St Ann Square Manchester, Inggris (23/5)
Foto: Rui Vieira/Reuters
Bunga tanda belasungkawa diletakkan warga di St Ann Square Manchester, Inggris (23/5)

REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER – Seorang tokoh senior Masjid dan Islamic Center Didsbury Mohammed Saeed memberikan gambaran lain mengenai pelaku bom di Manchester Arena pada Senin (26/5) malam waktu setempat.

Meskipun pembom tersebut, Salman Ramadan Abedi (22 tahun), dikenal rekan komunitasnya sebagai seorang yang taat dan pendiam, namun Saeed menilai Salman telah membencinya karena ceramahnya.

Saeed mengaku pernah memberikan ceramah di masjid tersebut dengan menegaskan agar para jamaah melawan terorisme, dan konsep kesucian hidup pada 2015. Meskipun, kata dia, sebanyak 2.000 anggota masjid sepakat dengannya, adanya sebagian kecil yang tak suka dengan pernyataannya. Bahkan mereka menandatangani sebuah petisi yang mengkritiknya.

“Salman menunjukkan wajah kebencian setelah ceramah itu. Dia menunjukkan kebenciannya padaku,” katanya, menurut The Guardian, Rabu (26/5).

Saaed yang lahir di Libya dan datang ke Inggris pada tahun 1980 itu mengaku sempat khawatir akan diberi label sebagai pengadu. Namun ia mengaku harus berbicara untuk melindungi masyarakat, orang-orang yang tidak bersalah.

Sedangkan menurut dia, Masjid Didsburry merupakan masjid moderat yang menyambut umat Islam dari Arab, Afrika, Asia dan Eropa. Masjid itu juga menerima muallaf dan rutin mengadakan acara terbuka sepekan sekali  untuk non-Muslim yang ingin mempelajari Islaim lebih jauh.

Namun ada masalah lain di komunitas Libya di Manchester. Abdalraouf Abdallah (24 tahun), dipenjara selama 9,5 tahun pada tahun lalu karena mendanai terorisme dan mempersiapkan tindakan terorisme. Abdallah membantu sejumlah pria melakukan perjalanan ke Suriah sehingga mereka bisa berperang dalam perang saudara di sana. Dia tidak dapat melakukan perjalanan sendiri karena lumpuh dari pinggang ke bawah setelah ditembak selama revolusi Libya.

Salah satu orang yang dia kirim ke Suriah adalah Stephen Gray, yang telah masuk Islam setelah meninggalkan angkatann udara pada tahun 2004. Dia dipenjara selama sembilan tahun setelah mengaku bersalah atas pelanggaran terorisme.

Sementara beberapa rekan Abedi mengaku bahwa Abedi dan Abdallah saling mengenal. “Semua pemuda Libya di Manchester mengenal satu sama lain.” Hubungan itu mungkin akan mendapat sorotan baru oleh polisi dan MI5.

ISIS telah mengklaim bertanggung jawab  atas kejahatan Abedi di layanan pesan cepat terenkripsi Telegram. Dalam pernyataan tersebut, ISIS mengatakan pemboman di arena konser yang ‘tak tahu malu’ adalah membalas dendam atas agama Allah.

“Yaitu dengan usaha meneror orang-orang kafirdan untuk menanggapi pelanggaran mereka terhadap tanah Muslim.”

Sebelumnya polisi bersenjata menutup jalan Elsemore, sebuah jalan di daerah Fallowfield di selatan Manchester. Mereka menangkap pria berusia 23 tahun di dekat alamat di mana keluarga Salmab sebelumnya tinggal.

Hal ini mendorong spekulasi bahwa pria yang ditangkap itu adalah Ismail, saudara Salman. Helikopter polisi melayang di atas Jalan Elsemore, dan sebuah pemadam kebakaran diparkir di dekatnya saat polisi mencari properti di mana mereka melakukan ledakan terkendali tersebut.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement