Sabtu 10 Jun 2017 23:41 WIB

Kapan Kubah Diadopsi Masjid di Indonesia?

Pekerja mengecat kubah Masjid Al-Falah di Desa Lolu, Sigi, Sulawesi Tengah, Rabu (7/6). Tradisi mempercantik kubah masjid dilakukan warga muslim di desa itu setiap menjelang perayaan Nuzulul Quran pada setiap 17 Ramadan.
Foto: Basri Marzuki/Antara
Pekerja mengecat kubah Masjid Al-Falah di Desa Lolu, Sigi, Sulawesi Tengah, Rabu (7/6). Tradisi mempercantik kubah masjid dilakukan warga muslim di desa itu setiap menjelang perayaan Nuzulul Quran pada setiap 17 Ramadan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menilik sejarahnya, keberadaan kubah di muka Bumi telah sangat tua. Namun, keberadaannya di Indonesia belum cukup lama. Kubah baru muncul di Tanah Air pada abad ke-18. Bahkan di Jawa, atap masjid berkubah baru muncul pada pertengahan abad ke-20 M.

Meskipun sudah sejak lama rumah adat suku Dani di Papua, Honai, mengenal bentuk kubah, hanya saja kubah tersebut dibangun secara sangat sederhana dengan menggunakan rumbai. 

Masjid-masjid di Indonesia, terutama di Jawa, awalnya tidak menggunakan kubah pada bagian atapnya, tetapi menggunakan bentukbentuk minimalis dan berundak yang biasa digunakan pada kuil Hindu. Masjid Agung Demak misalnya tampil dengan atap berbentuk limas yang ditopang delapan tiang yang disebut Saka Majapahit. Atap limas masjid ini terdiri atas tiga bagian yang merepresentasikan iman, Islam, dan ihsan. 

Masjid Agung Banten juga memiliki atap tanpa kubah. Atap bangunan utamanya bertumpuk lima, mirip pagoda Cina. Hal ini dimungkinkan karena arsitek masjid ini berasal dari Cina yang bernama Tjek Ban Tjut. Masjid tradisional di Kalimantan yang mengadopsi arsitektur setempat juga tak memiliki kubah. Kesamaan dari semuanya hanya satu, selalu ada titik puncak tertinggi di bangunan yang menjadi penanda fungsi sebagai ruang sakral. 

Kubah baru diadopsi oleh masjid di Indonesia pada masa kekuasaan Yang Dipertuan Muda VII, Raja Abdul Rahman (1833-1843). Struktur kubah diterapkan pada Masjid Sultan di Riau. Namun, Pijper dalam Studien over de geschiedenis van de Islam menduga, masjid pertama di Jawa yang menggunakan kubah ada di Tuban, yang peletakan batu pertamanya dilakukan pada 1894. 

Munculnya kubah itu diduga karena pecahnya perang antara Rusia dan Kesultanan Turki Utsmani yang terjadi pada 1877-1878. Saat itu pula, Kekaisaran Utsmani melancarkan gerakan budaya, termasuk pengenalan jenis masjid baru. Gerakan ini pun sampai ke Asia Tengara, “Masjidmasjid tradisional beratap tumpang digantikan masjid kubah dengan menara-menara gaya Timur Tengah atau India Utara,” tulis Peter JM Nas dalam Masa Lalu Dalam Masa Kini: Arsitektur di Indonesia. Akhirnya, lambat-laun kubah menjadi simbol arsitektur Islam paling modern, yang seakan-akan wajib ada pada masjidmasjid baru di Asia Tenggara. 

Perubahan tersebut, misalnya, terjadi pada Masjid Baiturrahman di Banda Aceh. Masjid ini dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada 1612. Setelah sempat terbakar pada masa penjajahan Belanda, masjid tersebut dibangun kembali pada 1879 dan rampung dua tahun kemudian dengan tambahan tujuh buah kubah. Perubahan juga ditambahkan pada menara Masjid Banten. Masjid Agung Ambon yang dibangun pada 1837 juga dihiasi kubah. 

sumber : Pusat Data Republika
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement