Kamis 29 Jun 2017 10:17 WIB

Kunjungan Xi Jinping ke Hong Kong Diwarnai Protes

Xi Jinping.
Foto: AP Photo
Xi Jinping.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Presiden Cina Xi Jingping tiba di Hong Kong, Kamis (29/6) untuk merayakan 20 tahun bergabungnya bekas koloni Inggris itu dengan Cina Daratan, tapi kunjungannya disambut protes massa yang tidak suka dengan campur tangan Cina dalam kebijakan lokal.

Inggris menyerahkan Hong Kong kepada Pemerintah Cina pada 1 Juli 1997 di bawah sistem "satu negara, dua sistem", sebuah formula yang menjamin otonomi daerah dan independensi yang tidak berlaku di Cina Daratan. Pemerintah Pusat di Beijing telah menjanjikan Hong Kong tetap sebagai wilayah dengan sistem kapitalis untuk setidaknya sampai 50 tahun kemudian, tapi tidak menjelaskan secara rinci apa yang akan terjadi setelah itu.

Kekhawatiran atas merasuknya pengaruh pemimpin Partai Komunis di Beijing ditandai dengan penculikan beberapa penjual buku di Hong Kong yang khusus menyediakan materi politik sensitif. Beijing juga berusaha mendiskualifikasi dua orang tokoh indenpenden dalam pemilihan legislatif di Hong Kong.

Protes tahunan untuk mendesak agar diberlakukan sistem demokrasi penuh di Hong Kong diperkirakan akan berlangsung setelah kepulangan Xi Jinping pada 1 Juli mendatang. Pada malam kedatangan Xi, polisi menahan para pemrotes prodemokrasi, sebagian diantaranya menduduki monumen simbol penyerahan Hong Kong kepada Pemerintah Cina oleh Inggris.

Pengamanan sangat ketat dengan pengerahan ribuan polisi diperkirakan akan dilakukan untuk mengatasi protes, termasuk demontrasi pada Sabtu mendatang yang diperkirakan akan diikuti lebih dari 100 ribu orang.

Selama kunjungan pertama Xi ke Hong Kong sebagai presiden, ia akan menghadiri upacara pengambilan sumpah pemimpin wanita pertama Hong Kong, yaitu Carrie Lam. Li juga dijadwalkan mengunjungi garnisun Tentara Pembebasan Rakyat serta bertemu para pemimpin setempat.

Dikabarkan Xi juga akan mengadakan pertemuan dengan beberapa tokoh demokrasi setempat. Dalam sebuah jumpa pers yang digelar 20 orang tokoh demokrasi Hong Kong, mereka mengakui tidak ada satu pun acara tersebut yang telah dikonfimasi.

Namun dibalik rencana aksi demo aktivis prodemokrasi, jalan-jalan di Hong Kong juga dihiasi bendera Cina dan berbagai atribut, termasuk dua layar raksasa di pelabuhan yang menampilkan pesan-pesan perayaan. Lebih dari 120 ribu anak muda akan bergabung dalam kegiatan yang mendukung hubungan dengan Cina, sementara pada saat yang bersamaan muncul perasaan kecewa terhadap Beijing oleh sebagian generasi muda.

Menurut para pengamat, aktivis dan diplomat, dalam lima tahun terakhir di bawah Presiden Xi, tuntutan terhadap otonomi Hong Kong yang lebih luas semakin kencang. "Banyak yang sudah berubah. Pemerintah Pusat semakin mengencangkan cengkeraman terhadap Hong Kong," kata pengamat politik Joseph Wong.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement