REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Hakim Konstitutsi Patrialis Akbar mengajukan anak dan istrinya sebagai penjamin dalam permohonan menjadi tahanan kota atau tahanan rumah.
"Saya ingin menyampaikan jaminan dari istri dan anak saya untuk penangguhan penahanan menjadi tahanan kota," kata Patrialis dalam sidang di pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Senin (3/7).
Patrialis pada Senin (19/6) sudah mengajukan permohonan untuk ditahan sebagai tahanan kota atau tahanan rumah karena alasan kesehatan.
"Permohohan penangguhan penahanan masih dalam pertimbangan majelis hakim. Praktik peradilan pidana tidak mengenal penolakan, jadi sepanjang belum diputuskan masih dalam pertimbangan majelis hakim," kata Ketua Majelis Hakim Nawawi Pomolango.
"Seluruh harta kekayaan saya juga bersedia saya jaminkan," tambah Patrialis.
"Baik akan kami pertimbangkan, seperti yang kami sampaikan silakan diajukan saja tapi kalau belum diputuskan. Kami sedang terus mempertimbangkannya, jaksa penuntut umum juga menyikapi dalam bentuk apa relevansinya," tambah Nawawi.
Sejak ditangkap dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT) pada Januari 2017, Patrialis ditahan di rumah tahanan kelas 1 Jakarta Timur yang berlokasi di gedung KPK Jalan HR Rasuna Said Kav C1. Patrialis dalam perkara ini diduga menerima 70 ribu dolar AS (sekitar Rp966 juta), Rp4,043 juta dan dijanjikan akan menerima Rp2 miliar dari Basuki Hariman dan Ng Fenny melalui Kamaludin untuk mempengaruhi putusan Perkara Nomor 129/ PUU-XIII/ 2015 terkait uji materi atas UU No 41 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Basuki Hariman adalah beneficial owner (pemilik sebenarnya) dari perusahaan PT Impexindo Pratama, PT Cahaya Timur Utama, PT Cahaya Sakti Utama dan CV Sumber Laut Perkasa sedangkan Ng Fenny merupakan General Manager PT Impexindo Pratama. Keduanya sudah lebih dulu menghadapi sidang dakwaan pekan lalu. Sedangkan Kamaludin adalah rekan main golf Patrialis.