Kamis 27 Jul 2017 16:02 WIB

Ekonom: Penurunan Konsumsi Hampir di Semua Sektor

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Nur Aini
Penjaga menunggu pembeli di salah satu ritel penjualan pakaian di Pasar Baru, Jakarta Pusat, Senin (14/12).
Foto: Republika/ Wihdan
Penjaga menunggu pembeli di salah satu ritel penjualan pakaian di Pasar Baru, Jakarta Pusat, Senin (14/12).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ekonom Center of Reform in Economic (CORE) Mohammad Faisal mengungkapkan, penurunan konsumsi masyarakat terjadi hampir di semua sektor, kecuali kesehatan, pendidikan, pakaian, dan alas kaki.

Sektor yang mengalami penurunan konsumsi pada kuartal 1 2017 jika dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya adalah makanan dan minuman dari 5,35 persen menjadi 5,20 persen, transportasi dan komunikasi dari 5,25 persen menjadi 5,19 persen, perlengkapan rumah tangga dan perumahan dari 4,55 persen menjadi 4,20 persen, restoran dan hotel 5,50 persen menjadi 5,41 persen.

''Penurunan konsumsi masyarakat terjadi hampir di semua indikator, ritel, penjualan motor, semen, makanan dan minuman, perumahan, transportasi, turun,'' kata Faisal, dalam sebuah diskusi di Aula Core Indonesia, Jakarta, Kamis (27/7).

Menujut dia, penjualan riil terus melemah, meski pada Juni mulai naik. Namun setelah Lebaran, ekspektasi penjualan di semester II masih turun selama enam bulan mendatang. Meski indeks keyakinan konsumen membaik di awal tahun lalu, tapi mulai berkurang pada Juni 2017. ''Hampir semua kondisi mengarah kepada kelesuan,'' ujar Faisal.

Ada beberapa penyebab konsumsi masyarakat turun. Upah buruh secara nominal naik, tapi upah riil terutama buruh bangunan dan pembantu rumah tangga (PRT) menurun, sementara untuk buruh tani stagnan dibandingkan tahun lalu. Pendapatan di sektor pertanian yang menyerap 32 persen tenaga kerja cenderung menurun. Nilai tukar petani yang mencerminkan pendapatan neto petani cenderung turun baik akibat turunnya harga produksi, maupun karena naiknya pengeluaran baik biasa konsumsi ataupun biaya input produksi.

Sementara, pendapatan penduduk di sektor industri manufaktur yang menyerap 13 persen tenaga kerja meski secara nominal tumbuh, tetapi secara riil stagnan. ''Daya beli riil akan meningkat jika inflasi relatif rendah dan pendapatan nominal terus membaik,'' ujar dia.

Faisal menambahkan, daya beli masyarakat juga tertekan akibat inflasi selama Januari -Juni 2017 cenderung naik dibandingkan tahun lalu, sebesar 2,38 persen berbanding 1,06 persen (ytd). Peningkatan inflasi semester I 2017 didorong oleh kenaikan tarif listrik, gas dan bahan bakar sebesar 4,24 persen, dan transportasi 4,20 persen.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement