REPUBLIKA.CO.ID, Pada zaman Dinasti Abbasiyah, emerintahan Islam tidaklah satu. Walaupun Harun ar-Rasyid menguasai kerajaan terbesar di bumi, Bani Umayyah, saingannya, mendirikan kerajaan independen di Spanyol. Kerajaan dengan usia 750 tahun itu itu semegah kerajaan Harun.
Lewat Thariq bin Ziyad, kerajaan tersebut akan menjadi penakluk Spanyol. Penaklukan ini akan mengubah wajah Spanyol yang berdampak di seluruh belahan dunia Kristen. Ketika orang Muslim pertama kali menyeberangi Selat Gibraltar (saat itu dikenal sebagai Pilar Herkules), Spanyol berada di bawah kekuasaan bangsa Goth. Pada masa itu, bangsa ini bukanlah kaum barbar seperti yang terbayang dari nama mereka.
Mereka merupakan pewaris kekuasaan Romawi yang sudah terkristenkan. Ketika itu, peradaban Romawi sudah maju. Bangsa ini telah mampu membangun jalan raya, teater, sirkus, jembatan yang megah, akuaduk dengan lengkungan granit, serta dam yang besar. Mereka juga memiliki monumen dan kuil untuk menyembah para dewa.
Kemudian, bangsa Goth mengambil alih peradaban bangsa Romawi tersebut dan mengembangkan diri. Sayangnya, kemampuan mereka untuk membangun tidak pernah bisa menyatukan kekuasaan. Perbedaan etnis, tradisi, dan agama tak pernah berhasil dijembatani. Bangsa Goth umumnya memandang rendah orang-orang pribumi. Bangsa Yahudi pun dilecehkan. Oleh karenanya, rakyat yang dikuasai bangsa Goth diselimuti rasa kecewa. Kekesalan ini terakumulasi hingga ke dataran Andalusia.
Ketika Roderick, raja terakhir bangsa Goth, naik takhta, para pesaingnya bersedia melakukan apa saja untuk menggulingkannya. Perilaku bejat Roderick membuatnya memiliki banyak musuh. Puncaknya terjadi ketika dia memperkosa seorang bangsawan cantik bernama Florinda.
Atas peristiwa tersebut, ayah Florinda murka dan mengundang bangsa Moor (Muslim Afrika Utara) menyeberang ke Spanyol. Kaum Muslim lantas diminta membantu menurunkan Roderick dari singgasana. Gubernur Bani Umayyah di Afrika Utara saat itu adalah Musa bin Nashir. Dia berkantor di Tangiers.
Sang gubernur memandang pesisir Spanyol dari seberang Selat Gibraltar. Permintaan untuk menjungkalkan Raja Roderick menjadi pintu masuk bagi pasukannya menguasai Spanyol. Pada Juli 711 M, Musa melepas pasukan tempur berkekuatan 7.000 tentara Berber yang dikomandani Thariq bin Ziyad. Sebanyak 5.000 tentara menyusul dan bergabung di Algeciras.
Orang-orang Goth bertempur dengan gagah berani, namun tidak bisa bertahan menghadapi serangan bangsa Arab yang bergelombang. Pasukan Goth cerai-berai. Mereka ditinggalkan oleh sang raja. Satu-satunya jejak Roderick, yakni sebuah sepatu bot perak.
Apakah dia melarikan diri? Atau, tewas? Tak ada yang tahu. Sekitar 1.050 tahun setelah pertempuran itu, sebuah batu nisan ditemukan di Viseu, Portugal, berukirkan, hic requiescit rodericus rex ultimus gothorum (di sini terbaring Roderick raja terakhir bangsa Goth).
Setelah kekalahan sang raja, lebih banyak orang Muslim menyeberangi Selat Gibraltar. Pasukan itu menyapu dari selatan. Mereka bergabung dengan kawannya yang sudah lebih dulu terlibat dalam ekspansi. Dengan sebuah manuver, mereka lantas menguasai Saragossa dan seluruh wilayah Tarragona.
Dari sana mereka mendesak masuk ke Asturias dan Galicia di barat laut. Dalam beberapa pekan, kota-kota di selatan berhasil ditaklukkan.Sebuah pasukan Muslim menguasai Cordoba dengan relatif mudah. Pasukan lain berderap ke Malaga, melewati Sevilla yang dibentengi dengan baik.
Sementara itu, ada lebih banyak lagi orang Arab melakukan pendaratan. Mereka melintasi Pegunungan Sierra Morena dan merebut Merida. Setelah memperoleh kemenangan di Salamanca, mereka bergabung mengepung Toledo, pusat kekuasaan bangsa Goth.
Pada gilirannya, Toledo pun jatuh. Thariq berhasil menguasai semua kekayaan dalam perbendaharaannya. Ini mencakup 25 mahkota emas bertatahkan batu mulia dan sebuah meja pualam yang bersisikan emas, perak, dan berukir 12 tanda zodiak.
Usai kesuksesan Thariq, Musa bin Nashir sendiri menyeberang ke Spanyol pada Juni 712 M bersama 18 ribu pasukan Arab dan Suriah. Setelah mendarat di Algeciras, dia merebut beberapa kota dan benteng Medina Sidonia, Carmona, dan Sevilla yang belum dikuasai. Di Toledo dia menyusul Thariq yang patuh pada kehendaknya.
Jatuhnya Spanyol terbukti terjadi begitu tiba-tiba. Peristiwa itu mengejutkan dunia Barat. Tak hanya itu, kaum frank yang saat itu masih berada pada zaman kegelapan, membalut kejatuhan Roderick dengan peristiwa mistis.
Sebuah legenda Spanyol yang terus hidup mengisahkan di dekat kota Toledo berdiri sebuah menara ajaib yang dalam beberapa cerita didirikan oleh Herkules. Diyakini nasib buruk yang menyeramkan akan menimpa siapa pun yang memasukinya. Para raja Goth masing-masing memasangkan kunci baru pada gerbangnya. Namun, Roderick mengabaikan tradisi itu. Dia mendobrak gerbang dan mencari harta karun yang dia bayangkan ada di dalamnya.
Bukannya menemukan harta, Roderick malah mendapat tanda petaka. Di ruang utama dia menemukan kain yang melukiskan para lelaki berparas gelap di punggung kuda mengenakan sorban dan bersenjatakan pedang. Di bawahnya, menurut legenda, tertulis: “Orang-orang seperti ini akan menaklukkan Spanyol!”
Sumber: The Caliph’s Splendor: Islam and the West in the Golden Age of Baghdad Benson Bobrick/Disarikan dari Pusat Data Republika