REPUBLIKA.CO.ID, VALENCIA -- Pemerintah Venezuela memadamkan serangan di sebuah pangkalan militer di dekat Kota Valencia. Serangan ini dilakukan oleh tentara dan warga sipil bersenjata pada hari Ahad, (6/8).
Serangan ini menewaskan dua orang di negara yang dilanda gelombang demonstrasi besar-besaran tersebut. Serangan terjadi menjelang fajar dan bertepatan dengan beredarnya video di media sosial yang menunjukkan lebih dari puluhan pria berseragam militer mengumumkan pemberontakan.
Tentara itu mengaku memberontak untuk mengembalikan tatanan konstitusional menyusul terbentuknya badan superbody legislatif pro-pemerintah pada Jumat. Pembentukan badan itu dikecam secara internasional karena ditengarai merupakan bagian dari upaya Presiden Maduro untuk menyelamatkan kekuasannya dari ancaman oposisi.
Serangan tersebut menunjukkan peningkatan kekerasan, setelah empat bulan demonstrasi anti-pemerintah yang terus berlanjut. Sekitar 120 orang telah terbunuh.
Oposisi mengecam Maduro yang menyeret Venezuela menuju kediktatoran. Mereka juga telah meminta bantuan kepada militer.
Dalam acara televisi mingguannya, Maduro mengutuk pelaku penyerangan sebagai tentara bayaran. Dia mengatakan, sekitar 20 orang bersenjata telah memasuki Benteng Paramacay dekat Valencia, sekitar dua jam di sebelah barat ibukota Caracas, sebelum fajar menyingsing.
Penyerang mengejutkan penjaga dan langsung mengacungkan senjata. "Dua dari penyerang tewas dalam baku tembak dengan tentara," kata Maduro, Ahad, (6/8).
Para pejabat partai sosialis mengatakan, delapan penyerang lainnya ditangkap, termasuk setidaknya tiga dari anggota militer. "Mereka yang lolos secara aktif terus dicari. Kami akan menangkap mereka," kata Maduro.