REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Sejumlah petani Suku BaduI di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, mulai memanen buah durian sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi mereka. "Sebagian besar buah durian Badui itu dipasok ke luar daerah," kata Samani (55 tahun), seorang petani Badui di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Selasa (22/8).
Kebanyakan petani di sini menjual durian ke pengumpul yang ada di Rangkasbitung maupun pengecer di wilayah kawasan Badui. Buah durian Badui diangkut kendaraan melalui kawasan perbatasan di Pasar Ciboleger dan Kebon Cau untuk dipasok ke Rangkasbitung dan daerah lainnya.
Diperkirakan, panen durian tahun 2017 tidak maksimal karena banyak pohon durian yang gagal panen. Selama tiga tahun terakhir, panen durian itu tidak begitu memuaskan, bahkan tahun 2016 tidak menghasilkan panen. "Kami panen durian tahun ini cukup lumayan untuk membantu pendapatan ekonomi keluarga," katanya.
Petani Badui lainnya, Saidi (55), mengaku kebun durian miliknya dipastikan bisa memanen durian hingga Januari 2018. Selama musim panen biasanya banyak para tengkulak mendatangi pemilik kebun durian untuk dibeli secara borongan buah yang ada di pohon dengan harga perkiraan pasaran. Para tengkulak memasok ke Rangkasbitung, Tangerang, dan Jakarta.
"Kami menjual durian lebih baik dengan sistem borongan karena tidak mengeluarkan biaya angkutan lagi," katanya.
Sejumlah pedagang durian memadati Jalan Gang Kibun, Multatuli, Hardiwingun, Sunankalijaga dan Pasar Rangkasbitung. Saat ini harga durian Badui berkisar Rp 20-100 ribu per buah. "Kami menjual harga buah durian Badui masih tinggi karena belum serentak musim panen," kata seorang pedagang, Bisri.
Menurut dia, kelebihan buah durian Badui rasanya manis, beraroma, dan buahnya cukup tebal. "Banyak pembeli dari luar daerah ke sini karena buah durian Badui sudah terkenal dan banyak peminatnya mulai anak-anak hingga orang dewasa," kata dia.