REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pejabat Inggris khawatir kemajuan Korea Utara dalam mengembangkan senjata nuklir disebabkan oleh dukungan diam-diam dari Iran. Pernyataan pejabat ini dilaporkan oleh surat kabar The Sunday Telegraph.
Pejabat Inggris menyatakan ketidakpercayaannya jika ilmuwan Korut dapat membuat sendiri kemajuan teknologi nuklir yang sangat pesat untuk negaranya. Kantor Luar Negeri Inggris saat ini sedang menyelidiki apakah Iran telah membantu Pyongyang untuk mendapatkan teknologi nuklir. "Iran berada di puncak daftar negara yang dicurigai memberikan beberapa bentuk bantuan, sementara Rusia juga menjadi sorotan," kata surat kabar tersebut.
Pihak berwenang Inggris berharap, dengan mengetahui siapa yang telah memasok teknologi nuklir ke Korut, akan ada upaya diplomatik baru untuk menekan rezim Kim Jong-un. Selama ini Kim tetap menolak mengubah pendiriannya meski ada sanksi ekonomi.
Bulan lalu, The New York Times melaporkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Senior Fellow for Missile Defense of the International Institute for Strategic Studies (IISS) Michael Elleman dan data rahasia dari badan keamanan Amerika. Laporan itu menunjukkan, uji coba rudal balistik antarbenua Korut mungkin terkait dengan pembelian mesin roket buatan Ukraina di pasar gelap.
Pada Ahad (3/9), Korut secara resmi mengumumkan sebuah uji coba bom hidrogen yang bisa digunakan sebagai hulu ledak untuk rudal balistik antarbenua. Berita tersebut mendapatkan reaksi keras dari dunia internasional.
Presiden AS Donald Trump mengatakan Washington sedang mempertimbangkan rencana untuk memutus hubungan perdagangan dengan negara-negara yang melakukan bisnis dengan Pyongyang. Kementerian Luar Negeri Rusia meminta semua pihak terkait untuk segera melanjutkan dialog dan perundingan, dengan mengatakan inilah satu-satunya cara untuk memecahkan masalah di Semenanjung Korea.