REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dianjurkan untuk menyaksikan tayangan film pengkhianatan G30S/PKI pada Sabtu (30/9) depan. Film versi panjang rencananya akan ditayangkan di sebuah stasiun televisi lokal agar bisa disaksikan oleh masyarakat umum.
Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah menjelaskan, pihaknya menganjurkan siswa sekolah untuk menyaksikan film G30S/PKI untuk menyegarkan kembali pemahaman sejarah para siswa. "Untuk sekolah, saya ingin lindungi anak-anak supaya dia punya wawasan soal sejarah karena pelajaran soal PKI sudah ndak ada lagi," ujar Mahyeldi di Bank Indonesia, Senin (25/9).
Meski begitu, ia meminta orang tua untuk mendampingi anak-anak yang menonton film. Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang Barlius membenarkan hal ini. Ia bahkan menerbitkan Surat Edaran (SE) nomor 421 tahun 2017 pada 20 September 2017 lalu yang isinya berupa anjuran kepada seluruh siswa untuk menonton film G30S/PKI.
Barlius menambahkan, setelah menyaksikan film pada Sabtu (30/9), siswa kemudian diminta untuk menulis sebuah review atau telaah tentang film G30S/PKI yang telah disaksikan. Baru kemudian pada Senin (2/10) depan, seluruh telaah harus dikumpulkan kepawa wali kelas masing-masing siswa. Uniknya, setiap sekolah di Kota Padang akan menyiapkan hadiah kepada siswa dengan karya telaah terbaik.
"Nanti ada tiga juara dan juara harapan. Pada prinsipnya kami mendorong siswa untuk mengenal lagi sejarah tentang pengkhianatan PKI," katanya.
Sementara itu, sejumlah titik di Kota Padang sudah mulai menyelenggarakan acara nonton bareng film G30S/PKI. Pada Ahad (24/9) malam misalnya, ratusan orang menyemut di tepi Jalan Pemuda, tepatnya di halaman Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila Kota Padang. Penonton yang hadir tak hanya berasal dari kader Pemuda Pancasila, namun juga masyarakat umum yang penasaran atau ingin menyaksikan kembali konten film G30S/PKI.
Salah satunya adalah Revalina (13 tahun) siswa kelas 6 SD Negeri 11 Kota Padang, yang rela datang jauh dari Lubuk Buaya atau 10 km jaraknya dari pusat Kota Padang. Rasa penasaran terhadap film G30S/PKI memuncak ketika sebagian stasiun televisi ramai memberitakan kontroversi "kebangkitan" PKI.
Revalina akhirnya menemukan sebuah spanduk bertuliskan ajakan nonton bareng film G30S/PKI di halaman kantor Pemuda Pancasila hari itu. Revalina sendiri mengaku tak takut menonton film yang disebut terdapat adegan kekerasan di dalamnya. "Aku ngajak ayah untuk nonton, jadi enggak takut," katanya lirih.
Ia bahkan berniat menceritakan pengalaman menontonnya kepada teman-teman di sekolahnya. Kebetulan, film yang diputar pada Ahad malam tersebut adalah versi pendek yang hanya berdurasi sekitar dua jam saja. Pendeknya durasi membuat sebagian besar penonton mampu bertahan hingga film usai.
Ayah Revalina, Masri (65 tahun) mengaku agak kaget ketika putrinya mengajak nonton film G30S/PKI. Ketika anak-anak lainnya mengajak nonton film Hollywood di bioskop, lanjutnya, Revalina justru mengajak menyaksikan film kontroversial yang hangat diperbincangkan akhir-akhir ini.
"Tapi menurut saya tidak masalah. Saya dulu juga nonton. Setidaknya anak-anak sekarang bisa tahu sejarah. Terkait kontrovesi akurasi film, biar mereka belajar," katanya.
Masri justru menyambut baik ide pemutaran kembali film tersebut di televisi. Meski, ia mengakui memang harus ada pendampingan dari orang tua saat adegan-adegan kekerasan dipertontonkan.