REPUBLIKA.CO.ID, MOGADISHU -- Presiden Somalia Mohamed Abdullahi Mohamed Farmaajo mengumumkan tiga hari masa berkabung nasional. Pengumuman ini disampaikan setelah serangan bom truk mematikan di Mogadishu, pada Sabtu (14/10).
"Kami mengumumkan tiga hari berkabung untuk korban yang tidak bersalah, bendera akan dikibarkan setengah tiang. Waktunya untuk bersatu dan berdoa bersama. Terror tidak akan menang," kata Mohamed, di akun Twitter resmi kepresidenan Somalia, Ahad (15/10).
Ia juga mendesak warga untuk membantu mereka yang terkena dampak dari serangan tersebut. "Saya meminta semua warga negara untuk keluar, memberikan bantuan, menyumbangkan darah, dan menghibur orang yang berduka. Mari kita selesaikan ini bersama," jelas Mohamed, dikutip Aljazirah.
Ledakan tersebut digambarkan oleh warga Mogadishu sebagai ledakan paling kuat yang pernah mereka saksikan selama bertahun-tahun. Korban tewas akibat ledakan ini telah melonjak menjadi 231 orang dan sedikitnya 275 orang terluka.
Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Layanan darurat harus bekerja sampai larut malam untuk menyelamatkan orang-orang yang terjebak di reruntuhan bangunan yang hancur.
Walikota Mogadishu, Thabit Abdi Mohammed, meminta penduduk setempat untuk menyumbangkan darah karena rumah sakit kehabisan darah.
"Saya meminta orang-orang Somalia untuk mengunjungi rumah sakit kota dan menyumbangkan darah. Tolong, datang untuk menyelamatkan saudara kita," ujarnya.
Serangan bom truk tersebut terjadi 48 jam setelah menteri pertahanan dan panglima militer negara itu mengundurkan diri dari jabatan mereka tanpa penjelasan.