Kamis 26 Oct 2017 22:09 WIB

Keluarga Korban Kebakaran Pabrik Kembang Api Datangi RS Polri

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Bayu Hermawan
Polisi memindahkan kantong-kantong jenazah ke atas ambulans di lokasi kebakaran Gudang Kosambi, Tangerang
Foto: Muhammad Iqbal/Antara/Reuters
Polisi memindahkan kantong-kantong jenazah ke atas ambulans di lokasi kebakaran Gudang Kosambi, Tangerang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota keluarga korban kebakaran pabri kembang api di Kosambi, Tangerang, Banten, mulai mendatangi Posko < i >ante mortem< /i > RS Polri. Para anggota keluarga membawa sejumlah data korban seperti buku nikah dan kartu keluarga.

Salah satu anggota keluarga korban adalah Danish, warga asal Garut, Jawa Barat. Danish mengaku suaminya yang bernama Mamat (25) bekerja di pabrik tersebut. Ia mengaku terakhir melakukan kontak dengan suaminya pada Rabu (25/10) malam.

"Tadi pagi saudara telepon jam 10, katanya pabrik kebakaran. Sekarang belum ada kabar lagi," ujarnya sambil membawa anak hasil pernikahannya dengan Mamat yang masih berusia dua tahun.

Danish menempuh perjalanan dari Garut sejak pukul 14.00 WIB, dan baru tiba di RS Polri pukul 21.00 WIB. Ia mengaku membawa sejumlah dokumen seperti buku nikah, kartu keluarga dan KTP.

Tidak hanya Danish, adik kandung dari Mamat juga ikut mendampingi Danish, Kuswara, karena tiga ponakannya dikabarkan juga menjadi korban tewas dalam musibah naas tersebut. Mamat dan tiga korban tewas lainnya, Ridwan, Wilda, dan Aji, sudah bekerja sejak 2009.

"Tadi sudah cek ke rumah sakit lain tapi mereka tidak ada. Maka dari itu kami ke RS Polri untuk cek," ujar Kuswara saat ditemui di depan Posko.

Keluarga korban lainnya, Iwan mencari adik dan kakaknya yang juga bekerja di pabrik tersebut. Dua orang yang dicari Iwan bernama Sani dan Maesaroh, yang bekerja di bagian < i >packing< /i >, pabrik tersebut.

Ia mengatakan, terakhir berkomunikasi dengan ketiga korban sekitar sepekan lalu. Dalam komunikasi mereka berjalan seperti biasanya, tidak ada pembicaraan yang aneh atau apapun itu. Dua kakak beradik itu berasal dari Sleman, karena kebanyakan pegawai berasal dari luar daerah.

"Pemadam kebakaran ada, cuma kecil karena cuma dari kelurahan saja. Sama nunggu pemadam lainnya. Di pabrik tidak ada bantuan sama sekali. Hanya warga saja yang mencoba bobol tembok dan itupun agak ngeri," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement