REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus menilai, bicara tentang DPR Periode 2014-2019, tidak akan lari jauh-jauh dari narasi-narasi negatif. Narasi-narasi itu bukan sekedar hasil dari kelatahan yang cenderung untuk berpikir negatif, tetapi juga tentang DPR yang buruk, negatif, minus itu sesuai dengan apa yang ditunjukkan parlemen.
Lucius berpendapat, apabila DPR hendak menghadiahkan publik menjelang 2018, minimal di penghujung tahun ini harus memancarkan semangat dan komitmen untuk mengembalikan DPR sebagai lembaga terhormat.
"Perubahan itu bisa dimulai dari proses penggantian Setnov (Setya Novanto)," kata Lucius.
Ia mengatakan harus juga ada evaluasi terhadap laku empat pimpinan DPR yang lain. Keputusan DPR di penghujung tahun ini dengan memastikan pimpinan DPR dipimpin oleh figur-figur yang berwibawa, berintegritas, suka kerja bukan nyinyir, jelas Lucius, akan mampu melahirkan harapan bagi DPR khususnya dan publik umumnya untuk memasuki 2018 dengan semangat baru.
"Penahanan Novanto yang merupakan seorang pimpinan di lembaga terhormat selain mengakibatkan harkat dan martabat DPR tercoreng, juga mengonfirmasi bahwa jabatan pimpinan di DPR sama sekali tak terkait langsung dengan kualitas personal seseorang," ujarnya.