Ahad 03 Dec 2017 17:43 WIB

Mensos: Bencana Alam Munculkan ‘Jamila’

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (kanan) menyapa warga saat mengunjungi korban banjir di Sungupan, Sriharjo, Bantul, DI Yogyakarta, Sabtu (2/12). Kunjungan tersebut guna melihat secara langsung kondisi warga korban banjir akibat Siklon Tropis Cempaka.
Foto: ANTARA/Andreas Fitri Atmoko
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (kanan) menyapa warga saat mengunjungi korban banjir di Sungupan, Sriharjo, Bantul, DI Yogyakarta, Sabtu (2/12). Kunjungan tersebut guna melihat secara langsung kondisi warga korban banjir akibat Siklon Tropis Cempaka.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG — Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa mengemukakan bencana alam yang beberapa pekan melanda sejumlah daerah di Indonesia memunculkan ‘jamila’ alias jadi miskin lagi di kalangan masyarakat.

"Sekitar 80 persen dari warga yang terdampak bencana alam ini akhirnya berstatus jadi miskin lagi alias jamila. Meski sebelumnya mereka sudah masuk kategori sejahtera," kata Mensos usai menutup Jambore Nasional ke-2 Relawan Muhammadiyah di UMM Dome, Kota Malang, Jawa Timur, Ahad (3/12).

Berdasarkan pemetaan wilayah yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Khofifah menyebutkan, selama Desember 2017, ada 323 kota dan kabupaten di Indonesia yang berisiko tinggi terhadap bencana alam, mulai dari banjir, gunung meletus dan tanah longsor.

Penanganan pada tahap tanggap darurat harus jadi prioritas, termasuk bantuan pangan dari pemerintah. Pemerintah Daerah harus mau mengeluarkan keputusan Tanggap Darurat agar bisa mengeluarkan cadangan pangan di gudang Bulog.

Untuk tingkat kota dan kabupaten, dia mengatakan, cadangan pangan bagi masyarakat yang bisa dikeluarkan di bawah 100 ton. Untuk tingkat provinsi hingga 200 ton, dan di atas 200 ton harus melalui Menteri Sosial.

"Saya kira prosedur sudah sangat jelas, sehingga kepala daerah tidak perlu ragu. Jika beras cadangan yang dikeluarkan untuk penanganan bencana alam itu tidak mencukup, bisa mengajukan ke Kemsos," ujarnya.

Sebelumnya, Mensos mengemukakan jika angka pengungsian hingga September 2017 mencapai 3,2 juta jiwa. Angka tersebut naik signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2016 yang hanya 2,7 juta jiwa dan 2015 mencapai 1,2 juta.

Wakil Rektor 1 UMM Prof Syamsul Arifin mengatakan keberadaan Muhammadiyah Disaster Menagament Center (MDMC) dan para relawannya sangat dibutuhkan karena Indonesia adalah negara rawan bencana.

"Harapan kami, MDMC mampu mengatasi dan menangani setiap terjadi bencana alam, sekaligus melakukan kegiatan penting lainnya, seperti meningkatkan kepekaan dan kepedulian terhadap bencana, apalagi MDMC menjadi frontliner hari relawan yang diinisiasi tahun 2016 di Yogyakarta," ucapnya.

Jambore Nasional ke-2 Relawan Muhammadiyah yang dinisiasi MDMC berlangsung selama empat hari (30 November hingga 3 Desember) di kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Jambore Nasional tersebut, selain diisi dengan kegiatan berbagai lomba yang berkaitan dengan kedaruratan bencana, juga diisi dengan dialog kebangsaan an sosialisasi Empat Pilar oleh Ketua MPR RI Zulkifli Hasan pada pembukaan jambore yang digelar Jumat (1/12).

 

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement