Selasa 19 Dec 2017 23:41 WIB

PBB akan Pindahkan 10 Ribu Migran dari Libya

Pengungsi Libya di pelabuhan Malta ketika diperiksa aparat kepolisian setempat.
Foto: dawn.com
Pengungsi Libya di pelabuhan Malta ketika diperiksa aparat kepolisian setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Perserikatan Bangsa-Bangsa berencana memindahkan hingga 10.000 migran gelap dari Libya tahun depan. Itu diungkapkan seorang pejabat senior PBB pada Selasa (19/12).

Pemindahan tersebut dilakukan dalam usaha mengatasi nasib ribuan migran yang terdampar dalam kondisi menyedihkan di pusat-pusat penahanan di sana.

Libya merupakan titik keberangkatan bagi para migran yang melarikan diri dari kemiskinan atau perang untuk mencapai Eropa dengan kapal, sementara para penyelundup mengeksploitasi negara itu yang sedang dilanda kekerasan sejak penggulingan Muammar Gaddafi tahun 2011.

Kedatangan para migran ilegal di Italia telah turun sebanyak dua pertiga sejak Juli dari kurun waktu yang sama tahun lalu sejak pemerintah dukungan PBB di Tripoli, mitra Italia, mengambil tindakan tegas terhadap penyelundupan manusia di satu pusat utama. Italia juga membantu dalam operasi-operasi penjaga pantai Libya.

Tetapi para pegiat menyatakan tindakan pemerintah telah mengarah kepada memburuknya kondisi di pusat-pusat penahanan, tempat Human Rights Watch dan kelompok-kelompok lainnya mengatakan para migran menghadapi tempat-tempat yang penuh sesak, penyalahgunaan, kekurangan fasilitas medis dan kekurangan makanan.

PBB memulangkan para migran ke negara-negara Afrika yang bersedia pulang tetapi badan dunia itu juga melakukan pembicaraan dengan negara-negara Eropa dan Kanada untuk mengambil sejumlah pengungsi, kata Roberto Mignone, ketua misi lembaga pengungsi PBB.

"Pekan ini kami akan mengirim 350 pengungsi keluar Libya, hingga akhir Januari kami akan mengirim keluar sedikitnya 1.000 pengungsi," kata dia kepada Reuters dalam sebuah wawancara.

"Pada 2018 kami berencana mengirim keluar Libya antara 5.000 hingga 10.000 pengungsi. Kami berikan prioritas kepada kaum wanita, anak-anak, orang tua, penyandang cacat, orang-orang yang sakit serius."

Menurut dia, seluruhnya 44.306 orang telah terdaftar sebagai pengungsi dan pencari suaka di Libya.

Para pejabat Libya membantah pihaknya melakukan penyalahgunaan dan mengatakan mereka terkejut dengan kedatangan para migran dalam jumlah besar di tengah dana yang tersedia sedikit untuk memberi akomodasi karena keuangan terbatas akibat kehilangan pemasukan dari minyak.

Isu pemulangan tersebut telah mendapat perhatian besar di luar negeri sejak CNN melaporkan sebuah video yang menunjukkan apa yang dikatakannya merupakan lelang para pria kepada para pembeli Libya untuk bekerja di ladang dan dijual seharga 400 dolar AS.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement