REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Presiden Korea Utara (Korut) Kim Jong-Un menyebut Amerika Serikat (AS) tengah menabur benih peperangan. Ini menyusul tes rudal jarak jauh yang dilakukan Angkatan Udara Paman Sam dan perusahaan pesawat terbang Lockheed Martin.
Seperti dilaporkan Express, Rabu (27/12) uji coba rudal itu melibatkan pesawat pengebom supersonik AS, B-1B Lancer alias The Bone. Korut menilai tes tersebut memperlihatkan manifestasi kebijakan agresif Amerika untuk menguasai dunia dengan senjata nuklir.
Korut mengatakan, AS adalah kriminal yang memberikan bencana nuklir terhadap kemanusiaan yang berusaha menguasai dunia dengan keunggulan senjata nuklir. Langkah semacam itu dinilai justru mengancam perdamaian dan masa depan umat dunia lantaran berbahaya dan ceroboh.
"AS akan membayar dengan pantas atas kecerobohan terkait ancaman nuklir dan pemerasan terhadap kemanusiaan padahal mereka memiliki nuklir," katanya.
Sementara, Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong-ho mengatakan, akan menembak jatuh pesawat AS jika melakukan latihan serupa. Dia menegaskan, hal itu akan tetap dilakukan meski berada di luar wilayah udara Korut.
Sebelumnya, AS mengumumkan sanksi kepada dua pejabat Korut yang terlibat dalam program rudal balistik Pyongyang. Sanksi ini merupakan langkah terbaru untuk memaksa mereka meninggalkan program senjata yang bertujuan mengembangkan rudal bertingkat nuklir.
Departemen Keuangan AS mengatakan, pejabat dikenakan sanksi adalah Kim Jong-sik yang merupakan tokoh kunci dalam upaya Korea Utara untuk mengalihkan program rudalnya dari bahan cair ke bahan bakar padat. Hukuman juga dijatuhkan kepara Ri Pyong-chol yang dilaporkan menjadi pejabat kunci dalam pengembangan rudal balistik antarbenua (ICBM).
Tak hanya AS, Cina juga telah menghentikan ekspor bensin, bahan bakar jet, solar, dan bahan bakar lainnya ke Korut pada November lalu. Beijing juga tidak mengimpor bijih besi, batu bara, atau timbal dari Korut pada bulan itu.
Ini merupakan pemberlakuan sanksi yang dijatuhkan PBB di awal tahun ini, dalam upaya untuk membatasi pengiriman minyak ke negara yang terisolasi tersebut. Kendati, Korut menolak tunduk pada tuntutan PBB untuk menghentikan misi senjata nuklir mereka.