Jumat 12 Jan 2018 21:56 WIB

Pengamat Sebut Zul-Rohmi Jadi Anomali di Pilgub NTB

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Andri Saubani
Bakal calon gubernur dan wakil gubernur NTB yang diusung Demokrat dan PKS, Zulkieflimansyah dan Siti Rohmi Djalilah menyapa ribuan pendukungnya usai proses verifikasi berkas pendaftaran di Kantor KPU NTB, Rabu (10/1) sore.
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Bakal calon gubernur dan wakil gubernur NTB yang diusung Demokrat dan PKS, Zulkieflimansyah dan Siti Rohmi Djalilah menyapa ribuan pendukungnya usai proses verifikasi berkas pendaftaran di Kantor KPU NTB, Rabu (10/1) sore.

REPUBLIKA.CO.ID,  MATARAM -- Pengamat politik dari Lembaga Kajian Sosial dan Politik M16 Mataram, Bambang Mei Finarwanto mengatakan, pasangan Zulkieflimansyah dan Siti Rohmi Djalilah atau Zul-Rohmi menjadi anomali dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur (Pilgub) NTB 2018.

Pasangan yang diusung Demokrat dan PKS ini menjadi anomali dalam Pilgub NTB. Selain menjadi satu-satunya pasangan yang memiliki keterwakilan perempuan, paket ini juga berani menjagokan etnis minoritas yakni Zulkieflimansyah yang berasal dari Sumbawa sebagai calon gubernur NTB.

Bambang menambahkan, ketimbang tiga kandidat lain, pasangan Zul-Rohmi sama sekali tidak memiliki pengalaman berlaga dalam kontestasi Pilkada NTB sebelumnya. Sementara kompetitornya memiliki pengalaman, dan bahkan memenangkan Pilkada untuk tingkat kabupaten/kota.

Terdapat nama-nama Wali Kota Mataram Ahyar Abduh, Bupati Lombok Tengah Suhaili, dan Bupati Lombok Timur Ali Bin Dahlan yang juga maju dalam Pilgub NTB.

"Itu yang jadi anomali di Pilkada NTB, ada di paket ini ketika minoritas diberi kepercayaan menjadi papan satu (cagub) dan selama ini kan tidak seperti itu, ini berani mendobrak tradisi," ujar Bambang kepada Republika di Mataram, NTB, Jumat (12/1).

Meski sebagai pendatang baru di kancah Pilkada NTB dan dianggap lemah, Bambang menilai, pasangan ini memiliki potensi memenangkan persaingan. Bambang mengajak berkaca pada Pilgub 2008, saat itu TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) mampu mengalahkan pejawat.

"(Pilgub NTB) 2008, siapa yang menyangka TGB menang padahal hanya diusung PBB dan PKS, itu artinya sebenarnya warga NTB ingin sesuatu yang beda, ada perubahan, namun apakah paket ini mewakili kehendak itu, nanti kita lihat program dan visi misinya," lanjut Bambang.

Bambang menambahkan, pasangan ini juga memiliki keuntungan dengan figur Rohmi yang merupakan kakak kandung TGB. Menurut Bambang, pamor TGB yang berhasil mengubah wajah NTB dalam dua periode kepemimpinannya menjadi pertimbangan bagi para pemilih.

Yang menarik, kata Bambang, Pilgub NTB 2018 diprediksi berlangsung seru dengan hadirnya pasangan Ali-Sakti yang berasal dari jalur perseorangan. Ali sendiri berhasil meraih posisi nomor satu di Kabupaten Lombok Timur melalui jalur perseorangan pada 2013.

Bambang menilai, keberadaan Ali-Sakti akan menambah semangat pasangan yang diusung partai politik, baik Zul-Rohmi, Ahyar-Mori, maupun Suhaili-Amin.

"Di Pilgub NTB, semua mesin partai akan bergerak, partai tentu tidak ingin mengulang tragedi 2013 di Lombok Timur. Kalau sampai (perseorangan) menang, bagaimana malunya partai politik," kata Bambang menambahkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement