Senin 15 Jan 2018 16:20 WIB

Impor Beras Dialihkan ke Bulog Saat PPI Persiapan

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nur Aini
  Pekerja melaukan bongkar muat karung berisi beras impor asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/11).  (Republika/Agung Supriyanto)
Pekerja melaukan bongkar muat karung berisi beras impor asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/11). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah memastikan impor beras akan dilakukan oleh Bulog. Padahal sebelumnya, PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) disebut-sebut menjadi pihak yang akan mengimpor 500 ribu ton tersebut.

Sekretaris PPI mengungkapkan hingga saat ini belum mengetahui kepastian soal pengalihan impor yang pada akhirnya diserahkan ke Bulog. "Kami belum dapat infonya," kata Sekretaris Perusahaan PPI Syailendra kepada Republika.co.id, Senin (15/1).

Pada Senin pagi (15/1) di kantor Dirut PT PPI, Agus Andiyani di kantor PT Perkebunan Nusantara III (Persero) mengungkapkan tengah mempersiapkan impor beras tersebut. Agus mengatakan PPI sudah mempertimbangkan mitra yang akan digandeng.

Agus menuturkan akan mengajak mitra dari pedagang lama. "Nanti yang diajak ini dari pedagang lama. Orang yang sudah biasa dagang beras supaya beras bisa terdistribusi dengan baik," kata Agus.

Dia menambahkan PPI juga sudah mulai melihat daerah mana saja yang belum bisa panen beras. Mengenai total beras yang akan diimpor, Agus menyatakan hal tersebut akan dilakukan secara bertahap sesuai kebutuhan.

Bahkan, PPI sudah melakukan komunikasi kepada negara yang akan mengimpor beras ke Indonesia. "Lagi persiapan. Sudah pasti ada pembicara-pembicaraan. Mereka punya stok berapa, kita butuh berapa," ungkap Agus.

Sebelumnya, pemerintah menegaskan pihak yang mengimpor beras dari Thailand dan Vietnam bukan dari PPI tetapi Bulog. Rencananya, pemerintah akan mengimpor beras sebanyak 500 ribu ton untuk memenuhi stok Bulog.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement